Santri Indonesia Bisa Kuliah di China Melalui Jalur Beasiswa
Ibadah.co.id – Santri-santri asal Indonesia bisa melanjutkan kuliah di Daerah Otonomi Ningxia, China melalui jalur beasiswa. Hal ini ditegaskan oleh Atase Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya.
Meski begitu, beasiswa ini belum buka untuk tahun ini. Beasiswa baru buka mulai tahun depan. Maka dari itu, bagi seluruh santri di Indonesia masih bisa untuk mempersiapkan diri.
Seperti dilansir batam.suara.com pada 7/7/21, perguruan tinggi di Daerah Otonomi Ningxia, China menawarkan beasiswa bagi santri dan lulusan pondok pesantren dari Indonesia.
“Lulusan pesantren di Indonesia bisa belajar ilmu teknologi dan bisnis di Ningxia University,” kata Atase Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya pada Selasa (6/7/2021).
Ia berharap, para santri dan lulusan pesantren bisa menuntut ilmu di Ningxia dan kemudian kembali untuk membangun daerah masing-masing.
Sebagai daerah otonomi, Ningxia yang beribu kota di Yinchuan itu banyak dihuni oleh etnis minoritas Muslim Hui sehingga cocok untuk kalangan santri dari Indonesia.
Masjid dan makanan halal sangat mudah diperoleh di wilayah utara daratan Tiongkok yang berbatasan dengan Provinsi Gansu, Provinsi Shaanxi, dan Daerah Otonomi Mongolia tersebut.
Saat ini terdapat 12 warga negara Indonesia yang bermukim di Ningxia, satu di antaranya menikah dengan penduduk setempat.
“Mulai tahun depan para lulusan pesantren di Indonesia sudah bisa mengajukan pendaftaran beasiswa ke Ningxia,” ujar Yaya, melansir Antara,
Sejumlah perguruan tinggi di China terus menawarkan beasiswa kepada Indonesia dan sejumlah negara lainnya. Meski demikian, saat ini masih terkendala wabah Covid-19 yang terus mengganas sehingga kegiatan belajar dan mengajar bagi warga negara asing masih dilakukan secara daring.
Otoritas China memang telah memberikan visa kepada warga negara asing untuk berbagai keperluan kecuali untuk kegiatan belajar.
Di China terdapat sekitar 14.000 pelajar Indonesia, namun yang tersisa hingga saat ini diperkirakan tidak lebih dari 5.000 orang saja. Mereka yang tersisa adalah yang bertahan atau tidak pulang ke Tanah Air sejak China dilanda COVID-19. (RB)