Gus Miftah: Mahasantri Sebagai Agen Perdamaian Dunia
Ibadah.co.id – Mahasantri mempunyai kewajiban untuk menyebarkan kerukunan dan kedamian, khususnya di Indonesia. Sebagaimana telah dicontohkan para pendahulu kita. Para ulama yang rela mati syahid demi menegakkan NKRI dan membela Pancasila.
Untuk itu, menurut Gus Miftah dalam pengajian akbar di Ma’had Jami’ah IAIN Salatiga menekankan pentingnya sikap keberagaman yang moderat. Pemahaman yang inklusif. Pemahaman yang tak hitam-putih dan intoleran. Kalau paham keagamaan kita tak moderat, yang ada ekstremisme yang melanda.
Santri menjadi tumpuan harapan bangsa karena sejak dulu diajarkan untuk mencintai bangsa dan negara, karena kecintaan pada negara adalah bagian dari iman.
“Aksi bela tauhid, tahlilan. Aksi bela nabi, solawatan. Aksi bela ulama, manakiban. Aksi bela negara, istigosahan. Aksi bela Qur’an, semaan. Aksi bela ilmu, sorogan. Sementara aksi bela mahasiswi putri, ya lamaran,” tuturnya di sambut riuh ribuan jamaah yang memenuhi halaman Kampus 3.
Gus Miftah mengawali ceramah dengan menyampaikan keprihatinan atas fenomena ekstrimisme di Indonesia. Terbaru, tindakan itu diarahkan kepada seorang pejabat sebagai korban.
“Seorang pejabat negara saja ada yang berani melukainya, bagaimana keamanan orang-orang seperti saya yang berbicara NKRI dan Pancasila. Ini kan mereka sudah nekad. Kalau kemudian pemahaman-pemahaman ini tidak kita kuatkan, saya ngeri kalau kemudian warga kita terpapar paham-paham radikal,” tandasnya.
Selain itu, Gus Miftah juga mengingatkan tentang profesionalitas. Dikatakannya, apa pun pekerjaan yang dilakukan akan mendapat hasil baik, jika dilandasi dengan iman. “Satu hal yang perlu diingat, jika kita membaikkan perkara akhirat, perkara dunia dengan sendirinya juga akan membaik,” jelasnya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dr. Sidqon Maesur mengatakan bahwa IAIN Salatiga merupakan perguruan tinggi Islam yang sangat mendukung dan senantiasa meningkatkan ta’zizul wasatiyah, selalu meneguhkan moderasi Islam.
“Peringatan hari santri ini membangkitkan semangat seorang santri untuk cinta negeri, cinta stabilitas negeri ini, cinta kedamaian dan juga mengukuhkan moderasi Islam,” tuturnya.
Di tengah pengajian tersebut, Gus Miftah mensyahadatkan seorang wanita asal Solo, Bhekti Handayani. Bhekti mengaku tertarik masuk Islam karena Islam menyenangkan dan menenangkan. (ed.AS/ibadah.co.id/kemenag)