KH. Cholil Sebut Platform Digital Jadi Pilihan Sarana Dakwah Saat Pandemi
Ibadah.co.id – Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menyebut platform digital menjadi salah satu pilihan berdakwah di saat pandemi. Hal ini juga untuk meminimalisasi penyebaran akibat adanya perkumpulan massa. Dengan begitu, para pendakwah mesti mampu memanfaatkan platform yang ada.
Seperti dilansir republika.co.id pada 24/09/20, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menyampaikan, platform digital saat ini menjadi sarana utama dalam berdakwah di tengah pandemi Covid-19. Terlebih, menurut dia, masyarakat mulai terbiasa dengan dakwah yang disampaikan secara digital.
“Kita sekarang sudah mulai terbiasa, karena harus jaga jarak fisik. Jadi platform digital menjadi pilihan menyampaikan dakwah maupun ceramah. Bahkan program-program pun sekarang yang sifatnya konkret itu dilakukan secara daring, dan kita sama-sama memaklumi,” ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (24/9).
Kiai Cholil juga mengungkapkan, undangan kepada dirinya untuk menghadiri agenda dakwah di luar kota pun harus diurungkan. “Selama Covid ini saya belum pernah ke luar kota. Undangan yang relatif ‘memaksa’ itu pun tidak kami lakukan sehingga disampaikan secara daring saja kepada masyarakat,” ucapnya.
Di wilayah perkotaan, dakwah yang disampaikan memang sudah melalui digital. Banyak yang memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Sejumlah agenda pengajian yang biasa digelar di masjid tidak lagi tatap muka tetapi kini secara daring.
“Banyak orang yang memanfaatkan Whatsapp, Facebook, dan Youtube. Jadi memang itu sudah mulai, meskipun orang merasa ini tidak senyaman ketika bertatapan langsung,” ujarnya.
Meski demikian, Kiai Cholil menyadari, upaya menjadikan digital secara khusus sebagai sarana dakwah ini belum terbangun di wilayah pedesaan. Lembaga keagamaan seperti majelis taklim di pedesaan masih belum bisa memanfaatkan daring secara maksimal. Salah satu sebabnya, karena warga pedesaan lebih terbiasa melakukan pengajian secara tatap muka. Kendala lain yang menyulitkan dakwah secara digital yakni kualitas internet yang belum memadai. “Di daerah pasti terasa internet yang nggak bisa maksimal. Di tengah kota saja saya sering down. Pas lagi ngomong itu down, apalagi kendala internet kita yang kadang-kadang lambat itu juga masih menjadi kendala, sehingga ceramah digital itu menjadi kurang maksimal,” katanya. (RB)
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.