Kiai Ma’ruf: Ulama dan Santri itu Bukan Hal Baru di Politik
Ibadah.co.id –Ma’ruf Amin mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak merasa kaget dan terbawa arus opini yang mendegradasi santri dan kiai. Kiai atau ulama itu sejak dahulukala sudah akrab dan tak terpisahkan dengan politik.
Kiai Ma’ruf menyebut bahwa saat ini ada opini seolah-olah Santri dan Kiai (ulama) tak layak jadi pemimpin serta tidak layak jadi politisi dan dan menjabat dalam pemerintahan eksekutif.
Hal itu disampaikan Ma’ruf Amin dalam acara Silaturahmi Nahdliyyin Kabupaten dan Kota Serang, serta Kota Cilegon, di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara (Penata) Serang, Banten, (16/12/2018).
“Santri itu bisa jadi apa saja. Zaman dulu, Bupati dan Wedana itu Kyai, di Serang ada Kiai Sjam’un (Mulai 1945-1949), Kyai Tb. Abdul Halim Bupati Pandeglang (mulai 1945-1947). Sekarang banyak juga santri dan kyai jadi Kepala Daerah”, tutur Kiai.
kita ketahui dari dulu kiai itu tak hanya ngurusin pesantren saja, namun juga masyarakat secara umum dengan menjabat sebagai eksekutif di pemerintahannya. selain yang disebutkan Kiai Ma’ruf di atas, pernah juga Kabupaten Tangerang dipimpin oleh K.H. Abdulhadi (Mulai 1946) dan Kabupaten Lebak oleh K.H. Tb Hasan (Mulai 1949).
Di zaman modern ini juga banyak santri dan kiai yang duduk di kursi eksekutif. Misalnya di “Jawa Barat dipimpin oleh Wakil Gubernurn sang Kiai Uu Ruzhanul Ulum. Jawa Tengah wakil Gubernur nya Kyai, putranya Mbah Moen. Jawa Timur juga dipimpin Nyai Khofifah, dia itu santriwati. Gus Dur juga pernah jadi Presiden,” kata Kiai Ma’ruf.
lebih lanjut Kiai Ma’ruf menambahkan “Jadi kalau Kyai dipilih jadi Wakil Presiden, bukan hal aneh,” tambahnya.
“Masa saya jadi alat. Saya tentu paham politik. Sebab sejak muda saya sudah jadi anggota DPRD DKI, menjadi anggota DPR-MPR, menjadi Dewan Pertimbangan Presiden dua periode, menjadi Rais Amm PBNU, Ketua MUI, masa bisa diperalat,” tuturnya.
Ia menegaskan “Saya menerima tawaran menjadi wapres adalah untuk memperjuangkan kemaslahatan bangsa ini,” terang Ma’ruf. (AT/Fana).