Makna Hijrah dan Jihad (3)
Ibadah.co.id – Dalam ayat lain dengan tegas Allah Swt. menyatakan ilmu pengetahuan bisa meningkatkan derajat (utu al-’lma darajat). Rasulullah Saw. bahkan menyerukan umatnya untuk menuntut ilmu dari ayunan sampai liang lahat, kalau perlu menuntut ilmu sampai ke tanah China.
Kedudukan ilmu belum dianggap sempurna manakala belum dilengkapi dengan kekuatan mujahadah. Ilmu tanpa mujahadah sama dengan iqra’ tanpa bi ism Rabbik.
Keutuhan ilmu ialah dilengkapinya dengan pengetahuan ma’rifah dan amalan (riyadhah). Dengan demikian, kombinasi antara perjuangan fisik (jihad), perjuangan nalar (ijtihad), dan perjuangan batin (mujahadah) itulah puncak dan sekaligus merupakan jihad utama, sebagaimana diserukan dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Keutamaan mujahadah ditegaskan di dalam Al-Qur’an: ”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-Baqarah/2:218).
Ayat ini cukup jelas menekankan bahwa perjuangan batin untuk meraih Ridha Allah Swt. dijanjikan keutamaan oleh Allah Swt. Sejalan ayat di atas, Rasulullah Saw. juga mencontohkan kepada para sahabatnya kalau dirinya jarang tidur malam yang panjang seperti orang kebanyakan.
Hal yang sama juga ditiru oleh para sahabatnya, termasuk Umar Ibn Khaththab. Ia pernah ditanya kenapa jarang tidur? Umar menjawab, kapan saya mendekati dan mengobati kerinduanku kepada Tuhan kalau bukan di malam hari, karena siang hari saya menghabiskan waktu saya untuk mengurus umat. [ed.AT/ibadah.co.id/sebelumnya artikel ini dinaikkan di RM]
*Oleh Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar, M.A. Ph.D