Sistem Pelaporan Berbasis Aplikasi Akan Diterapkan pada Haji 2019
Ibadah.co.id –Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag sudah mencanangkan pada pelaksanaan haji 1440H/2019M nanti akan banyak inovasi atau perbaikan-perbaikan yang lebih baik dari haji 2018. Salah satunya adalah pengembangan sistem pelaporan berbasis aplikasi.
Hal ini ditegaskan oleh Direktur Pengelolaan Dana Haji Ramadhan Harisman saat menjadi pembicara pada Evaluasi Pelayanan Akomodasi, Konsumsi, dan Transportasi Darat Jemaah Haji di Arab Saudi 1439H/2018M di Yogyakarta.
Evaluasi ini diikuti para Kabid Haji Kanwil Kemenag se Indonesia, Kepala Sektor di Makkah dan Madinah, serta pejabat Ditjen Penyekenggaraan Haji dan Umrah. Evaluasi berlangsung tiga hari, 28 – 30 September 2018.
Menurut Ramadhan, saat ini, data dan sistem pelaporan haji lebih banyak dilakukan secara manual. Petugas kloter misalnya, selama bertugas, mereka membuat laporan kedatangan/keberangkatan jemaah, pelaksanaan ibadah, serta kondisi jemaah dan kesehatan jemaah.
“Laporan itu selama ini dibawa petugas kloter ke sektor. Ini sudah tidak efisien dalam kondisi saat ini. Apalagi di Mina untuk petugas yang menempati tenda yang jauh dari tenda misi haji,” tuturnya di Yogyakarta, Sabtu (29/9) sebagaimana diberitakan Kemenag.go.id.
Hal sama dilakukan petugas sektor. Mereka membuat laporan inventarisasi barang, distribusi katering, penempatan jemaah, transportasi, validasi pergerakan jemaah, dan tanazul. Sebagian dilaporkan secara manual dari sektor ke daker.
Demikian juga dengan petugas daker, mereka berkewajiban membuat laporan badal dan safari wukuf, haji khusus, dan permasalahan lainnya.
“Dari semua itu, yang sudah dilakukan secara elektronik baru laporan layanan kesehatan, kedatangan dan keberangkatan jemaah, serta tanazul. Selebihnya masih manual. “Menag minta semuanya berbasis elektronik di 2019,” jelasnya.
Sehubungan itu, Kemenag akan mengembangkan sistem pelaporan berbasis aplikasi. Sistem ini berbasis pada aplikasi Haji Pintar yang sudah dikembangkan sebelumnya.
Kenapa Haji Pintar? Ramadhan menilai aplikasi ini sudah berjalan dengan baik dan banyak diakses publik. Bahkan, Haji Pintar juga banyak “diadopsi” negara lain.
Selain itu, informasi yang tersedia di Haji Pintar juga sudah cukup lengkap, mulai dari jadwal, manasik, peta lokasi pemondokan, informasi akomodasi, konsumsi, dan transportasi, termasuk layanan pengaduan melalui wa. Haji pintar juga sudah memuat estimasi keberangkatan dan info lainnya.
Haji Pintar
Berangkat dari aplikasi Haji Pintar, Ramadhan mengatakan kalau pihaknya akan melakukan sejumlah pengembangan. Pengembangan itu mencakup delapan aspek, yaitu:
- Pelaporan petugas kloter dan sektor
- Pengaduan melalui sistem pengaduan dan monitoring (bukan melalui wa)
- Komunikasi petugas dan jemaah, serta monitoring petugas
- Informasi kesehatan jemaah (rawat, kembali dari ruang rawat, sakit, rujukan)
- Informasi badal dan safari wukuf.
- Proses check in/out menggunakan kartu pengenal (gelang RFID).
- Akses dibatasi sesuai tingkatan level
- Fitur pelaporan haji khusus
Radio Frequency Identification (RFID), kata Ramadhan, adalah sistem informasi berbasis wireless dengan menggunakan gelombang radio yang dapat digunakan untuk pengambilan data, tanpa harus bersentuhan. Bentuknya bisa dengan chip yang ditaruh di gelang atau menggunkan kartu sendiri.
“Tujuan penggunaan RFID, mempermudah pendataan jemaah saat chek in/out, masuk/keluar bus/hotel; juga memudahkan otorisasi distribusi katering, dan mengetahui info detail jemaah,” jelasnya.
Sebab, data jemaah (nama, nomor paspor, maktab, hotel, dll) akan dimasukkan di kartu RFID. Dengan begitu, pelaporan nantinya tidak sekedar rekap jumlah, tapi hingga daftar namanya.
“Prinsipnya, aplikasi ini menerjemahkan sop pelaporan yang ada, dari bentuk menual ke aplikasi,” urainya.
Untuk itu, lanjut Ramadhan, sebagai langkah awal, pihaknya tengah mengumpulkan indormasi terkait prosedur pelaporan. SOP itu akan diterjemahkan dalam bahasa regulasi, baru dilakukan pembangunan sistem aplikasi pellaporan.
“Aplikasi ini akan kami bangun sendiri,” tegasnya.
“Inovasi ini akan mulai dikembangkan di bulan Oktober. Harapannya, awal tahun 2019 sudah bisa dilakukan ujicoba,” tandasnya. (Red/Abdullah Alawi)