Ibadah.co.id – Menteri Luar Negeri (menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi menghadiri Rapat Kerja Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Hubungan Internasional di Menara Kadin Indonesia, Jakarta, Selasa (19/11/2019). Dalam kesempatan itu, Retno mengungkapkan isu mengenai masalah ekonomi mendominasi pembicaraan, bukan politik.
Ia mengambil contoh dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand, 31 Oktober 2019 hingga 4 November 2019.
“Dari semua pembicaraan baik dengan sekretaris jenderal, managing director IMF (Kristalina Georgieva), leaders lain, satu kesimpulan tampak kekhawatiran pemimpin dunia mengenai situasi dunia saat ini baik aspek ekonomi dan politik,” ujar Retno.
Dari sisi ekonomi, Ia mengutip laporan IMF ihwal perlambatan ekonomi. Bahkan tahun ini, lanjut Retno, pertumbuhan ekonomi dunia mencapai titik terendah sejak krisis.
“Beberapa kali forecast pertumbuhan ekonomi terus dikoreksi ke bawah, 6 bulan terakhir sudah terjadi beberapa koreksi. Pertumbuhan untuk 2019 diperkirakan 3,2 persen dan untungnya forecast 2020 ada perkiraan rebound ada sedikit kenaikan 3,5%. Bukan tidak mgkn forecast akan di-adjust apabila situasi dunia tidak berubah,” kata Retno.
“Kritalina juga mengatakan slower (perlambatan) terjadi di 90% negara dunia. Hampir semua negara mengalami pertumbuhan yang melambat. Karena itu, Kristalina mengatakan global economy is in a syncronize slow down,” lanjutnya.
Retno lantas menyinggung situasi ekonomi di Asia. Hubungan antara AS dan China situasinya tidak murni ekonomi lantaran terkadang overlap dengan politik. Pun hubungan yang sedang tidak bagus antara Jepang dan Korea Selatan.
“Padahal kita tahu saat bicara Tiongkok, Korea, Jepang, berarti kita bicara regional supply chains yang sangat terkait,” kata Retno.
“Perang dagang AS-China about tarif. Tapi saat tarif sudah tidak ada, kadang yang dihadapi non-tarif barier. Barier akan berusaha untuk terus, karena mereka melihat sejauh kepentingan nasional. Non-tarif barier tidak bisa kita kesampingkan saat kita bicara masalah ekspor impor,” lanjutnya. (RB)