Beberapa Kesalahpahaman dalam Memahami Tawassul
Ibadah.co.id – Sebagian muslimin seringkali masih mempersoalkan praktik tawassul dan menganggapnya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kata tawassul (arab: tawassul) secara bahasa berarti “mencari cara untuk mendekat”, dapat kita temukan derivasinya pada ayat Al-Qur’an, diantaranya adalah surah al-Ma’idah [5]: 95,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah mendekatkan diri kepada-Nya, serta berjuanglah di jalan-Nya agar kalian menjadi orang-orang yang beruntung
Menurut Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki dalam Mafahim Yajibu An Tushohhaha (hal. 118-119) ayat diatas menjadi dalil keumuman kebolehan melaksanakan tawassul, baik tawassul dengan amal-amal shalih maupun tawassul dengan para Nabi, Rasul, atau para orang-orang shalih.
Masih menurut Sayyid Muhammad, beberapa orang yang masih terjatuh pada kesalahpahaman dalam memahami tawassul perlu menyadari hal-hal berikut,
Pertama, tawassul adalah diantara cara berdoa. Ia merupakan diantara “pintu” mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga maksud yang paling hakiki dari orang yang bertawasul sebenarnya adalah Allah Sawt. Dan sosok yang ditawassuli, misalnya berdoa sambil bertawassul kepada orang-orang shalih, tujuannya tetap kepada Allah. Maka siapa yang meyakini selain Allah makan ia menjadi musyrik statusnya.
Kedua, orang bertawassul dengan orang atau hal-hal yang menjadi perantara tadi, tidak lain adalah karena kecintaan orang yang bertawassul. Orang yang bertawassul juga meyakini bahwa Allah mencintainya.
Ketiga, andaikan orang yang bertawassul meyakini bahwa yang menjadi perantara tadi punya kemampuan karena dirinya sendiri, bukan karena karunia Allah kepadanya, maka orang yang bertawassul ini baru bisa disebut musyrik.
Keempat, tawassul memang bukan sebuah keharusan dalam berdoa. Dan dikabulkannya doa tidak tergantung oleh perantara yang ditawassuli tadi. Namun prinsipnya, berdoa itu tetap kepada Allah.
Terkait dengan contoh-contoh praktik tawassul, baik yang menggunakan amal shalih ataupun dengan keshalihan para Nabi dan Rasul serta orang-orang shalih yang diyakini sebagai kekasih-Nya. (HN/Ibadah.co.id)