Take a fresh look at your lifestyle.

Rokhmin Dahuri Paparkan Soal Kesenjangan Ekonomi akibat Sistem Ekonomi Kapitalis

0 85

Ibadah.co.id – Dalam acara Next Summit 2019 dengan tema “Options at the Crossroads” di Dubai World Trade Center, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Prof. Rokhmin Dahuri menjadi salah satu pembicara yang memaparkan soal kesenjangan ekonomi, Senin (25/11/2019).

Makalah yang dipaparkan oleh Guru Besar IPB ini terkait “Enhancing a Mutual Cooperation in Economic Development Among the Belt and Road Countries for a Prosperous, Peaceful and Sustainable World”.

Sementara yang hadir dalam acara Next Summit 2019 ini sekitar 500 peserta dari 60 negara yang tergabung dalam Belt and Road Initiative. Keynote Speech disampaikan oleh Mr. Ban Ki-Moon, Mantan Sekjen PBB dan Dr. Essam Sharaf, Mantan Perdana Menteri Mesir. Adapun pembicara dari Indonesia: Dr. Bomer Pasaribu (Mantan Menteri Tenaga Kerja), Dr. Rijal Permana (Bappenas), Dr. Gatot Dwianto (Kemenristek), dan Yugi Parjanto (Waketum KADIN).

Pun dalam pemaparannya Prof. Rokhmin menyampaikan tiga hal yaitu: Pertama adalah bahwa sistem (paradigma) ekonomi konvensional (Kapitalisme) sejak Revolusi Industri Pertama tahun 1750-an memang telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 4 persen per tahun, dan meningkatkan PDB Dunia dari 0,45 triliun dolar AS pada 1753 menjadi 90 triliun dolar AS pada 2015.

“Kemajuan IPTEK yang pesat juga membuat kehidupan manusia lebih sehat, cepat, efisien, mudah dan nyaman. Namun, hingga saat ini sekitar 1 milyar penduduk dunia masih hidup dlm kemiskinan absolut (pengeluaran lebih kecil dari 1,25 dolar AS per hari), dan sekitar 3 milyar warga dunia masih hidup miskin (pengeluaran kurang dari 2 dolar per hari),” ujar Ketua Umum Masyarakat Akuakuktur Indonesia (MAI) itu.

Bahkan Prof. Rokhmin sendiri telah menambahkan bahwa kesenjangan antara penduduk kaya versus miskin pun kian melebar, baik antar negara maupun di dalam suatu negara. Pertumbuhan ekonomi selama 250 tahun pun telah mengakibatkan terkurasnya SDA, pengikisan biodiversitas, pencemaran, dan pemanasan global dimana itu semua membuat keberlanjutan (sustainability) ekosistem alam (bumi) dan pembangunan ekonomi terancam.

Oleh karena itu, “Dunia masih memerlukan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, inklusif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Untuk itu, sistem ekonomi Kapitalisme harus diganti dengan sistem ekonomi yang lebih efisien, hemat dan tidak merusak lingkungan hidup. Selain itu, sistem ekonomi yang baru harus dapat mendistribusikan kue pertumbuhan ekonomi untuk mensejahterakan suluruh warga dunia secara berkeadilan dan berkelanjutan,” tegasnya di hadapan para pejabat dari berbagai negara.

Kedua, Belt and Road Initiative yang digagas oleh pemerintah Tiongkok untuk kesejahteraan, perdamaian dan keberlanjutan masyarakat dunia tidak boleh mengulangi kesalahan sistem ekonomi Kapitalisme (Barat).

Ketiga, Prof. Rokhmin memaparkan peluang kerjasama yang saling menguntungkan dan saling menghormati antara Indonesia dengan Tiongkok, Uni Arab Emirates, dan negara- negara lain yg tergabung dlm Belt and Road Initiative.

“Kerjasama itu meliputi: pendidikan, R & D, pembangunan kawasan industri ramah lingkungan, ekonomi maritim, industri 4.0, pariwisata, pembangunan infrastruktur, dan perdagangan,” pungkasnya. (HN/Ibadah.co.id)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy