Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Ketum PBNU Pertanyakan Kebijakan Impor Beras

1 123

Ibadah.co.id – Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siroj mempertanyakan kebijakan pemerintah soal impor beras. Ketum PBNU juga meminta pemerintah untuk memperhatikan kondisi petani di Indonesia.

Seperti dilansir wartaekonomi.co.id pada 20/3/21, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menolak keras rencana Pemerintah Indonesia yang ingin mengimpor satu juta ton beras dari Thailand. Alasannya, hal itu sangat merugikan petani Indonesia.

“Nah, saya menolak keras impor ini kesepakatan impor ini, pertama kebanyakan petani 99 persen warga NU,” kata Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj dalam TV NU, Jakarta.

Said Aqil mengungkapkan terkait penolakannya ini, dirinya juga sudah menyampaikan langsung ke Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi yang juga kebetulan merupakan Bendahara PBNU.

“Beliau pun setuju sikap saya menolak MoU ini karena dalam data Kementan mencari stok beras akhir 2020, 7.38 juta ton sementara produksi dalam negeri 2021 sebesar 17.51 juta ton, sehingga totalnya menjadi 24.9 juta ton perkiraan kebutuhan 12.33 juta ton sehingga muncul surplus 12.56 juta ton di 2021 ini. Ini artinya surplus ngapain impor. Ini kebijakan siapa ini?” ujar Said Aqil.

Dengan menemukan data itu, Said Aqil justru mempertanyakan impor beras itu sebenarnya kebijakan siapa. Bahkan, Said Aqil menyebut, rencana itu hanyalah untuk menguntungkan segelintir pihak tertentu.

“Saya bertanda tanya besar untuk apa, untuk kepentingan siapa dan kenapa ini harus dilaksanakan untuk kepentingan kelompok tertentu pasti ini tujuannya saya tahu tolong nasib petani didahulukan, petani sebagai tulang punggung ekonomi bangsa ini harus diprioritaskan alih-alih untuk mendukung malah akan hancurkan nasib mereka ini,” ucap Said Aqil.

Sebab itu, PBNU meminta agar adanya kesesuaian data antar lembaga pemerintah, seperti BPS, Bulog, Kemendag, dan Kementan. Said Aqil memberi penekanan soal peran dan fungsi Bulog yang dirasakan sampai saat ini belum maksimal.

Menurutnya, dalam regulasi ketahanan pangan, Bulog adalah lembaga yang memiliki tingkat infrastruktus dari pusat hingga ke desa. Tapi, Said Aqil berpandangan belum maksimal kinerja dari Bulog. “Entah untuk kepentingan siapa sengaja dibonsai kepentingan atau fungsi jelas kepentingan kelompok tertenu. Sekali lagi kesimpulannya saya Ketum PBNU tolak kesepakatan Indonesia dan Thailand untuk impor 1 juta beras putih karena stok kita surplus. Kata petani kalau pemerintah dibuktikan 1 juta ton siap kami buktikan kami punya beras 1 juta ton,” tutup Said Aqil. (RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

1 Comment
  1. […] – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas menanggapi kebijakan pemerintah soal impor beras. Ia juga mengomentari soal koordinasi […]

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy