Ibadah.co.id – Indonesia kehilangan salah satu tokoh pemersatu bangsa yang dapat mengayomi seluruh umat beragama. Kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjend PBNU) H A Helmy Faishal Zaini, “Kita sangat kehilangan sekali, tokoh pemersatu umat, tokoh yang sangat mengayomi,” katanya dalam wawancara dengan Kompas TV, Ahad (2/2) wafat.
Dikutip dari nu.or.id, KH Helmy menerangkan bahwa KH Salahudin Wahid selalu tegas dalam hal kesepakatan yang telah dimusyawarahkan oleh para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Beliau tegas soal konsensus yang telah diambil oleh Bangsa Indonesia terhadap apa yang disebut dengan bentuk negara,” tegas Helmy.
Disampaikan oleh Sekjen Helmy, sosok Gus Sholah selalu menyampaikan dengan tegas bahwa Pancasila dan NKRI sudah tidak bisa ditawar lagi. Sebagai generasi penerus, harus memahami pandangan berbangsa yang benar, sesuai apa yang telah diajarkan oleh para ulama terdahulu. “Gus Sholah selalu menyampaikan sebagaimana pandangan dan sikap ulama NU bahwa Pancasila dan NKRI adalah bentuk final. Saya kira hal ini pandangan kebangsaan yang luar biasa yang mari kita rawat dan menjaganya,” lanjutnya.
Tercatat sebagai aktivis Nahdlatul Ulama, dirinya bercerita telah mengenal KH Salahudin Wahid sejak aktif menjadi Pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). “Saya pribadi mengenal beliau, ketika masih menjadi aktivis IPNU ketika itu saya sering diskusi dengan beliau,” kisahnya. Selanjutnya, Sekjen Helmy memaparkan bahwa almarhum mempunyai cita-cita yang luhur bagi santri, yakni ke depan dapat menjadi Negarawan.
Melihat NKRI memiliki banyak sekali keberagaman, sehingga santri mestinya dapat menjadi figur yang mampu mempersatukan. “Cita-cita beliau adalah ingin mengembangkan pesantren yang betul-betul para alumninya nanti menjadi kader-kader Negarawan. Karena melihat Indonesia negara besar, negara majemuk, banyak suku, banyak agama, golongan memerlukan figur-figur yang mempersatukan,” paparnya.
Seperti yang ditulis oleh Wahyu Akanam, Adapun satu hal yang sangat ingin diwujudkan, yakni santri dapat menjadi sosok penting dalam negara dan dapat menjadi panutan dalam hidup berbangsa dan bernegara. “Mimpi beliau adalah membangun Indonesia yang satu, terutama ingin bahwa para santri ini menjadi aktor-aktor penting di dalam membangun ukhuwah wathaniyah ataupun persaudaraan kebangsaan,” pemaparannya.(HN/Kontributor)