Ibadah.co.id-Sedekah bumi atau kabumi pada mulanya merupakan salah kegiatan upacara tradisional yang banyak dilakukan oleh masyarakat agraris di desa-desa. Sebagai perwujudan rasa syukur mereka kepada sang Pencipta atas hasil pertanian melimpah. Upacara tradisional ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali, pada bulan apit (Dzul Qa’dah). Disisi lain sedekah bumi juga dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana para masyarakat mengamalkan ajaran-ajaran agamanya.
Tujuan tradisi Sedekah Bumi adalah memberikan persembahan dan penghormatan yang berupa sesaji hasil bumi yang ditunjukkan kepada sang maha pencipta yang telah menjaga bumi pertiwi yang ditempati dalam keadaan aman, tenteram, sejahtera dan jauh dari segala macam persoalan-persoalan dan masalah. Serta diadakan karena ingin mengucapkan rasa syukur atas rizky yang telah diberikan.
Dan warga masyarakat agraris diharapkan memiliki keteraturan dalam bercocok tanam dan agar meningkatkan keseimbangan lingkungan dengan kehidupan manusia, terutama dalam stabilitas pangan, selain itu masyarakat mengharapkan keberlangsungan keteraturan sosial, dan supaya integrasi sosial, kolektivitas dan hirarki di masyarakat menjadi kuat dan terpelihara.
Bagi kalangan petani di desa Jatiroto, dan warga sekitar yang mempercayai tradisi yang harus dipenuhi setiap tahun. Maka ritual tersebut seolah menjadi kewajiban untuk dilaksanakan, dengan harapan agar tanaman yang hendak ditanam, terutama padi dapat menghasilkan padi yang berlimpah dan subur. Hal ini tidak terlepas dari kepercayaan dari nenek moyang.
Dilansir dari kegiatan yang dilakukan masyarakat dukuh Pucang Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten Pati ini, setiap tahun selalu mengadakan upacara sedekah bumi/Khaul Ki Gusti Mataram dengan mengedepankan protokol kesehatan. Tidak seperti biasanya,upacara adat ini digelar masyarakat pada hari Jumat (3/7/ 2020), dengan sangat sederhana, seperti pada tahun sebelumnya yang diadakan sangat meriah.
Pelaksanaan yang hanya satu jam berjalan ini dimulai dari jam 10.00 – 11.00 dalam keadaan lancar dan tertib. Dalam rangkaian acara digelar budaya wayang kulit dengan cara simbolis oleh seorang dalang muda Ki Widagdo dengan mengambil lakon “Romo Tambak”. Tasyakuran berupa (bancakan red) di ikuti warga setempat dengan cara protokol kesehatan jaga jarak dan bermasker.
Hadir dalam kegiatan tersebut, dari Camat Kayen yang di wakili Kasi trantip Kayen Wahyu, Kades Jatiroto beserta perangkat desa dan pengurus makam Ki Gusti Mataram, Bhabinkamtibmas desa Jatiroto Bripka Joko Waliuyo, Bhabinsa Desa Jatiroto Serda Sugiyanto, tokoh agama, tokoh masyarakat.
Adanya ruwatan atau Sedekah Bumi ini untuk melestarikan budaya. Ritual ini juga penting untuk menjaga agar generasi penerus bangsa ini dapat mempelajari dan melaksanakan budaya agung ini dengan dengan tidak lepas dari rel budaya lokal atau daerahnya, namun tetap mampu memadukannya dengan perkembangan zaman. (RB)