Densus 88 Turun Tangan, Media Asing Sebarkan Foto Bantuan ACT di Sarang ISIS
Ibadah.co.id – Media asing yang bermarkas di Eropa sempat menyebarkan foto kardus bantuan yang berasal dari Indonesia. Bantuan yang disebut berasal dari ACT dan lembaga afiliasinya, IHR (Indonesian Humanitarian Relief) ditemukan di Aleppo Timur, Suriah, yang menjadi sarang ISIS.
Pada tahun 2019, tudingan ACT yang mengumpulkan donasi amal untuk kemanusiaan di Suriah melalui Bukalapak sempat ramai dibahas. Salah satu netizen, Dahono Prasetyo menyebarkan ungggahannya yang berisikan temuannya terkait bantuan ACT di markas ISIS pada Selasa (23/7/2019).
Terkini, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan indikasi aliran dana dari lembaga kemanusiaan ACT digunakan untuk kegiatan terorisme. Mendapatkan laporan dari PPATK, Densus 88 Polri sampai ikut turun tangan.
PPATK sedang menganalisis aliran dana dari Aksi Cepat Tanggap (ACT). Sebagian hasil analisis sudah diserahkan ke aparat penegak hukum. “Iya kami sudah proses sejak lama dan sudah ada hasil analisis yang kami sampaikan kepada aparat penegak hukum,” kata Kepala PPATK Ivan Yustiavandana kepada wartawan, Senin (4/7/2022).
Ivan menuturkan, dari hasil analisis sementara, teridentifikasi ada penyalahgunaan dana terkait aktivitas terlarang. Dia mengatakan hasil analisis sudah diserahkan ke Densus 88 dan BNPT.
“Transaksi mengindikasikan demikian (penyalahgunaan). Indikasi kepentingan pribadi dan terkait dengan dugaan aktivitas terlarang. Ke Densus, BNPT ya (laporan diserahkan),” sebutnya.
Ivan menyampaikan, proses analisis masih dilakukan. Nantinya kata Ivan hasil selanjutnya akan diserahkan ke aparat penegak hukum.
Kabar ACT mengirimkan bantuan ke markas ISIS sebetulnya sudah sempat berembus pada tahun 2019. Sebuah ungggahan yang ditulis Dahono Prasetyo viral di media sosial.
Pada Selasa (23/7/2019), Dahono Prasetyo menuliskan kabar Bukalapak.com diduga mendanai kegiatan ISIS di Suriah. Dia menuding Bukalapak mendanai ISIS lewat lembaga pengumpul dana bantuan sosial, ACT.
Berikut tulisan Dahono yang viral di media sosial dan WhatsApp Group mengenai tuduhan Bukalapak mendanai ISIS.
Bagi penggila belanja online, nama Bukalapak sebagai icon marketplace lokal sedikit banyak menyimpan beberapa “fenomena politik”. Bagaimana sebuah situs online beromset trilyunan rupiah menjadi salah satu sisi gelap konspirasi ideologi di Indonesia.
Kronologisnya barangkali bisa disimak : Silahkan buka situs bukalapak, kemudian “pura-pura” lakukan pembelian maka munculah format pembayaran yang harus dilakukan. Pada salah satu pilihan tertera “Donasi Rp 500 melalui Lembaga ACT”. Jika kita menyetujui, maka total angka yang harus dibayarkan bertambah Rp 500.
Apakah ACT itu? ACT (Aksi Cepat Tanggap) adalah sebuah lembaga pengumpul Donasi kemanusiaan. Untuk lebih jauh menelusuri ACT Silahkan Googling dengan kata kunci : “ACT dan ISIS” maka akan muncul beberapa link berita yang mengupas keterkaitan lembaga donasi itu dengan ISIS dan Suriah.
Di salah satu portal berita : http://liputanislam.com/berita/melacak-aliran-dana-untuk-suriah-dari-10-lembaga-amal-indonesia/ Meskipun bukan portal berita mainstream, tetapi liputanislam.com cukup akurat memberitakan tentang dana sumbangan kemanusiaan.
Salah satu fakta menunjukkan ada foto sumbangan dari Indonesia berlabel IHR (Indonesia Humanitarian Relief) berada di kota Allepo ditengah markas pemberontak ISIS. IHR adalah proyek kemanusiaan yang menjadi sayap kanan dari ACT.
Berlanjut menelisik browsing dengan kata kunci IHR, maka kita akan menemukan beberapa berita keterkaitan IHR, ACT dan Bachtiar Nasir. Sosok yang satu itu pernah menjadi tersangka penyalahgunaan penyaluran dana kemanusiaan.
Beliau salah satu aktivis HTI yang paling aktif menggalang sekaligus menyalurkan dukungan. Bagi yang masih meragukan silahkan Googling dengan keyword “Bachtiar Nasir dan HTI”
Singkat kata, adakah “hubungan intim” antara Bukalapak dengan ACT, HTI, Suriah dan Bachtiar Nasir, silahkan menganalisa sendiri. Yang bisa digaris bawahi adalah bukan tentang 500 perak sumbangan donasi tanpa paksaan itu, atau Bukalapak yang sudah meminta maaf pada Pakdhe gegara postingan “nyinyir” berujung uninstalbukalapak.
Tetapi siapa berafiliasi dengan siapa patut menjadi pertimbangan saat kita belanja di Bukalapak, ada sepeser uang kita yang mengalir tanpa sadar mendukung perjuangan “pemberontakan” atas nama kemanusiaan. Satu catatan penting mengapa HTI dan Khilafahnya tak kunjung redup meski pemerintah sudah membubarkannya.
Dalam pernyataan resminya yang ditulis di https://blog.bukalapak.com/berita/pernyataan-resmi-bukalapak-109429, Bukalapak menyesalkan tuduhan tidak berdasar tersebut dan menegaskan kabar tersebut tidak benar. Bukalapak juga meminta masyarakat untuk tidak percaya dan menyebarkan kabar tersebut.
Bukalapak sudah menjawab melalui keterangan resmi yang disebarkan kepada publik: Kami menyesalkan adanya informasi tidak akurat di media sosial yang mengatakan bahwa Bukalapak bekerja sama dengan lembaga penyalur donasi yang terafiliasi dengan gerakan radikal dan ilegal.
Informasi itu tidak benar dan dapat menyesatkan masyarakat. Bukalapak bekerjasama dengan berbagai lembaga kemanusiaan yang tersertifikasi pemerintah, seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT), BAZNAS, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Rumah Yatim, dan Kitabisa untuk menyalurkan donasi dari pengguna aplikasi.
Bukalapak mengimbau masyarakat untuk tidak mempercayai dan turut menyebarkan hoax yang beredar di berbagai jejaring media sosial dan WhatsApp Group ini. Sebagai mitra dari jutaan UMKM, Bukalapak akan berupaya sekuat tenaga guna menjaga kepercayaan pengguna dan memastikan bangsa Indonesia dapat terus merasakan dampak positif dari inovasi teknologi.
Tahun 2019, sebuah video yang diunggah oleh channel Euronews telah membuat gempar jagad media sosial Indonesia. Pasalnya, dalam video itu terlihat ada kardus-kardus bertuliskan Indonesia Humanitarian Relief (IHR) yang ditemukan di sarang para pemberontak di distrik al-Kalasa, Aleppo timur. Warga setempat mengaku selama ini kelaparan sementara bahan pangan menumpuk di markas tersebut.
Pasca terusirnya kelompok-kelompok milisi bersenjata, warga segera menyerbu sebuah sekolah yang selama ini dijadikan markas dan gudang makanan oleh kelompok bersenjata yang bernama Jaish Al Islam itu. Mereka mengambil bahan-bahan pangan di sana dan membawanya pulang.
Kepada reporter Euronews, warga bernama Hanan al Salem berkata, “Mereka menghalangi kami [untuk mendapatkan] semua hal. Tidak ada susu, tidak ada masakan, daging, bahkan jeruk. Mereka melarang kami semuanya.”
“Mereka menyimpan semua barang di sini dan di sana,” kata warga lokal lainnya, Amer Saleem, sambil menunjuk ke beberapa bagian gedung. “Mereka tidak mengizinkan kami makan bahkan sepotong roti. Kami hampir mati kelaparan dan sering kami tidur dalam keadaan lapar.”
ACT didirikan tahun 2005 di Jakarta. Lembaga ini pada 2014 dilaporkan berhasil mengumpulkan dana 7,5 milyar perbulan (90 Milyar setahun) dari sumbangan masyarakat.
Dalam situsnya, Presiden ACT, Ahyudin, memuji-muji Turki, Erdogan, dan IHH (Insan Hak ve Hurriyetleri ve Insani Yardim Vakfi/ Yayasan untuk Hak Azasi Manusia, Kebebasan dan Bantuan Kemanusiaan), sebuah LSM terbesar di Turki.
Menurut Ahyudin, “Semua yang diperlihatkan IHH, selaras dengan visi ACT. Tidak keliru kalau jika ACT merapat ke IHH dan menyerap inspirasi darinya.” ACT menyerahkan bantuan warga Indonesia untuk Suriah melalui IHH.
Selain ACT, ada pula IHR didirikan pada 17 Mei 2016 di Jakarta dan ketua umumnya adalah Ustaz Bachtiar Nasir (yang juga merupakan Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia-MIUMI). Saat peresmian IHR, Bachtiar Nasir menyatakan pihaknya akan mengirimkan bantuan uang sebesar 100 ribu Dolar Amerika bagi pengungsi Suriah yang berada di Turki.
“Pada Ramadhan kali ini bersama dengan Sinergi Foundation, kita memberikan bantuan kepada pengungsi Suriah yang dalam keadaan menderita,” ujarnya saat konferensi pers. Bachtiar menambahkan, dalam penyaluran misi kemanusiaan tersebut, IHR bekerjasama dengan Insani Yardim Vakfi (IHH).
Nah, terkait temuan PPATK yang mengindikasikan aliran dana dari ACT digunakan untuk kegiatan terorisme, Densus 88 Antiteror Polri sampai ikut turun tangan. “Densus masih melakukan penyelidikan terhadap permasalahan ini,” kata Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar kepada wartawan, Senin (4/7/2022). Aswin belum menjelaskan lebih lanjut terkait penyelidikan kasus tersebut.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga mengakui tengah mendalami laporan tersebut. Hal ini disampaikan oleh Kepala BNPT Komjen Boy Rafli. Dia mengemukakan pernyataan itu setelah ditanya terkait indikasi ada penyelewengan aliran dana yang dikelola ACT untuk membiayai kelompok terorisme.
“Sedang didalami lebih lanjut lagi, jadi data-data ke kita hari ini merupakan dari berbagai rangkaian penyelidikan yang pernah dijalankan dan ini sedang berproses oleh aparat penegak hukum, kita tunggu hasilnya seperti apa,” ucap Boy Rafli, Selasa (5/7/2022).
Boy Rafli menuturkan langkah ini sebagai upaya negara untuk melindungi seluruh warganya agar tidak salah dalam beraktivitas. Terutama, kata dia, yang berkaitan dengan terorisme. “Apalagi jika itu berkaitan dengan masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan terorisme,” ucapnya.
Boy menambahkan, saat ini pengawasan tengah dilakukan oleh BNPT bersama dengan PPATK dan aparat penegak hukum. Boy menambahkan, saat ini pengawasan tengah dilakukan oleh BNPT bersama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) beserta aparat penegak hukum. “Pengawasannya bersama dengan PPATK dan aparat penegak hukum,” tuturnya. (RB/fotokita.grid.id)
[…] Baca juga : Densus 88 Turun Tangan, Media Asing Sebarkan Foto Bantuan ACT di Sarang ISIS […]
[…] Baca juga : Densus 88 Turun Tangan, Media Asing Sebarkan Foto Bantuan ACT di Sarang ISIS […]