Ketum PBNU Sebut Kesamaan Antara Taliban dan NU
Ibadah.co.id – Ketua Umum (Ketum) PBNU Prof DR KH Said Aqil Siroj menyebutkan bahwa ada kesamaan antara Taliban dan juga Nahdlatul Ulama (NU). Meski begitu, ada juga beberapa perbedaan yang sangat mencolok antara kedua organisasi tersebut. NU sebagaimana diketahui bergerak dengan lembut, dan toleran, sedangkan Taliban bergerak dengan keras, dan radikal.
Seperti dilansir detik.com pada 6/9/21, dalam masalah aqidah dah syariah antara para ulama Afghanistan yang berafiliasi ke Taliban sebetulnya sama dengan Nahdlatul Ulama (NU). Sama-sama menganut ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja), menganut Al-Asy’ari dan Maturidi. Dalam hal fiqih NU mayoritas Syafi’iyah dan mereka lebih condong ke Imam Hanafi, serta tarekatnya sama-sama ada aliran Naqsyabandiyah.
“Cuma cara gerakan perjuangannya yang tidak sama. Kalau NU moderat, mereka keras dan radikal. Tapi dasar sikap keras itu bukan karena mazhab Hanafi karena Hanafi itu rasional bukan keras. Sikap radikal dan keras itu lebih karena karakter dan mungkin budaya. Itu pengaruh Wahabi dengan alasan memurnikan dan menegakkan ajaran Islam,” papar Ketua Umum PBNU Prof DR KH Said Aqil Siroj saat berbincang dengan tim Blak-blakan detik.com, Minggu (5/9/2021).
Karena ternyata banyak kesamaan itu lah sejak 2010, NU mencoba melakukan kontak-kontak komunikasi dengan mereka. Atas prakarsa Wakil Ketua PBNU M As’ad Ali yang juga mantan Kepala BIN, tujuh faksi ulama di Afghanistan termasuk dari Taliban untuk pertama kalinya bertemu dan berdiskusi di Hotel Borobudur, Jakarta. Pertemuan kemudian berlanjut di Kabul, Afghanistan. Dari pertemuan di Kabul itulah, kata Kiai Said Aqil Siroj, NU bersedia menerima 34 orang mahasiswa-mahasiswi Afghanistan untuk belajar di pesantren dan Universitas Wahid Hasyim.
“Tapi saya baru bisa hadir langsung bertemu mereka di Turki pada 2014. Waktu itu PBNU bekerja sama dengan al-Azhar Mesir. Saya sempat berdebat panas dengan seorang ulama Taliban terkait penghormatan terhadap hak-hak perempuan. Tapi dia marah-marahnya pakai Bahasa Afghanistan, jadi saya gak ngerti ha-ha-ha,” tutur Kiai Said Aqil Siroj.
Pada 30 Juli 2019, dia bersama pengurus PBNU menerima 11 tokoh Taliban yang menjadi tamu utama Jusuf Kalla. Dalam pertemuan selama lebih dari satu jam itu, dia memaparkan garis besar perjuangan berdirinya NKRI yang bukan negara agama juga tidak sekular. Sebaliknya para tokoh Taliban yang dipimpin Mullah Abdul Ghani Baradar dalam pertemuan itu lebih banyak meluapkan semangat mereka untuk melawan Amerika Serikat.
Selain mengungkap hubungan NU dengan Taliban, Kiai Said Aqil Siroj juga mengungkapkan riwayat terbentuknya kelompok Ahmadiyah, termasuk awal mula masuknya mereka ke Indonesia. Meskipun secara aqidah jelas berbeda, tapi warga Ahmadiyah tetap harus diperlakukan dengan baik. “Kami kedepankan dialog yang lembut, bukan dengan kekerasan apalagi merusak dan membakar masjidnya,” sesal Kiai Said Aqil Siroj. (RB)