Jakarta, Ibadah.co.id –Ibu kota Uni Emirat Arab, Abu Dhabi menjadi tuan rumah ‘Convening of Champions’. Giat ini menjadi bagian dari Program Beasiswa Pendidikan Etika (Ethics Education Fellowship) yang diselenggarakan bersama oleh Majelis Hukama Muslimin (MHM), Komite Tinggi Persaudaraan Manusia, UNESCO, Arigatou International, Pusat Dialog Internasional KAICIID dan Yayasan Perdamaian Guerrand-Hermès. Ikut berpartisipasi juga, Kementerian Pendidikan Uni Emirat Arab.
‘Convening of Champions’ berlangsung tiga hari, 23 – 25 April 2024. Acara ini mencakup diskusi teknis selama dua hari, berbagi dan pengembangan rencana kolaboratif, diikuti dengan segmen tingkat tinggi selama satu hari.
Program Beasiswa Pendidikan Etika diluncurkan dengan keterlibatan Kementerian Pendidikan Bangladesh, Indonesia, Kenya, Mauritius, Nepal dan Seychelles. Ini menjadi upaya kolaboratif yang unik untuk mempromosikan Pendidikan Etika agar berkontribusi terhadap kewarganegaraan dan pembangunan global. Melalui Program Beasiswa Pendidikan Etika, 324 guru dilatih pada tahap pertama dan berhasil menjangkau 8.234 anak di enam negara peserta, sehingga berkontribusi pada penguatan kohesi sosial.
Melalui siaran pers, Selasa (23/4/2024), MHM menjelaskan bahwa pertemuan di Abu Dhabi ini merupakan tonggak sejarah dalam kolaborasi Ethics Education Fellowship dan sebuah kesempatan untuk memperkuat pentingnya kolaborasi demi mencapai kemajuan bersama. Konferensi ini menyediakan platform untuk mendiskusikan kebutuhan penting untuk memprioritaskan dan berinvestasi dalam Pendidikan Etika, berbagi hasil implementasi di enam negara, pembelajaran, dan memberikan rekomendasi penting kepada berbagai pemangku kepentingan.
Pertemuan tersebut akan terdiri dari diskusi teknis dan perencanaan selama dua hari, diikuti dengan segmen Tingkat Tinggi. Pertemuan Tingkat Tinggi ini bertujuan untuk merefleksikan peran penting Pendidikan Etika dalam konteks saat ini dan bagaimana Pendidikan Etika dapat memenuhi kebutuhan anak-anak untuk mendukung kesejahteraan holistik mereka. Pertemuan teknis untuk memberikan kesempatan bagi rekan-rekan, mitra dan pemangku kepentingan lainnya untuk berbagi pengalaman dan hasil, mendiskusikan tantangan dan peluang dan mengeksplorasi skalabilitas dan keberlanjutan program Pendidikan Etika nasional serta kolaborasi.
Pembukaan ‘Convening of Champions’ dihadiri Sekretaris Jenderal MHM, Konselor Mohamed Abdelsalam dan Sekretaris Jenderal Komite Tinggi Persaudaraan Kemanusiaan, Dr. Khalid Al Ghaith. Keduanya menyambut baik kehadiran para peserta di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, sebuah mercusuar toleransi dan penerimaan yang menjadi tuan rumah penandatanganan Dokumen tentang Persaudaraan Kemanusiaan, sebuah perjanjian penting yang ditandatangani bersama oleh Grand Syekh Al Azhar Dr. Ahmed Al-Tayeb dan Pemimpin Gereja Vatikan Paus Fransiskus.
Baik Abdelsalam maupun Khalid berharap pertemuan para pemimpin elit pendidikan dan intelektual serta pemimpin administratif di bidang pendidikan dari berbagai negara ini akan menginspirasi semua pihak yang terlibat dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum di seluruh dunia untuk berupaya menanamkan nilai-nilai etika dan kemanusiaan pada anak-anak dan membangun generasi yang mampu meningkatkan hidup berdampingan secara damai, menerima orang lain, dan menghormati keragaman budaya, agama, dan sosial.
Hadir sebagai narasumber, Scheherazade Feddal, Spesialis Program Pendidikan Senior di Kantor Regional UNESCO untuk Afrika Timur, mengatakan, “Pendidikan bersifat transformatif yang dapat membina hubungan antar manusia, di dunia saat ini lebih dibutuhkan dari sebelumnya. Tantangan yang kita hadapi saat ini jauh lebih besar dengan meningkatnya kebencian dan diskriminasi, dan pendidikan merupakan instrumen ampuh yang memberikan harapan dan dapat mengubah kehidupan masyarakat dengan memberikan harapan dan menjadi katalis perubahan.”
Direktur Eksekutif, Arigatou International Geneva Maria Lucia Uribe mengatakan, “Program Ethics Education Fellowship telah melibatkan 8.000 anak dan menginspirasi perubahan dalam kebijakan pendidikan di seluruh dunia. Kita sedang mengalami masa-masa yang belum pernah terjadi sebelumnya karena konflik dan kurangnya pendidikan serta penerimaan terhadap orang lain. Lingkungan tempat anak dibesarkan sangat mempengaruhi jalan yang mereka pilih di kemudian hari. Pendidikan etika bukanlah tentang mengajarkan anak-anak apa yang benar atau salah, melainkan tentang menabur benih perubahan dalam hubungan positif yang dapat mengubah komunitas mereka.”
Pengamat Tetap Universitas Perdamaian di Kantor PBB, DIA. David Fernandez Puyana, menambahkan, “Ini adalah kemitraan unik yang akan mendorong kewarganegaraan dan kemitraan global serta membangun masyarakat yang lebih inklusif di seluruh dunia. Pertemuan hari ini adalah kesempatan untuk memperkuat platform besar ini untuk membahas pentingnya pendidikan etika bagi generasi mendatang.”
Sumber : Majelis Hukama Muslimin