Innalillahi! Pengasuh Pesantren Krapyak, Kiai Atabik Ali Wafat
Ibadah.co.id – Innalillahi, salah satu ulama Indonesia sekaligus pengasuh Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Kiai Atabik Ali wafat. Ini menjadi kesekian kalinya Indonesia ditinggal oleh ulama-ulamanya.
Seperti dilansir republika.co.id pada 6/2/21, Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Banruk, H Atabik Ali, meninggal dunia sekitar pukul 13.00 WIB, Sabtu (6/2). Kepergian ulama besar ini meninggalkan duka yang dalam bagi bangsa Indonesia.
Almarhum meninggal dalam usia 77 tahun. KH Atabik Ali merupakan putra sulung kiai Nahdatul Ulama (NU), Kiai Ali Maksum.
Kabar ini disampaikan oleh menantu almarhum sekaligus mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. “Mohon doa untuk almarhum KH Atabik Ali, putra dari Kiai Ali Maksum Krapyak dan pengarang Kamus Al-Munawwir yang laris manis,” kata Anas, dalam akun Twitter yang ditulis pada Sabtu (6/2).
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD juga mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya KH Atabik Ali. Mahfud menyebut bahwa almarhum merupakan sahabat baiknya.
“Innalillahi wa innailaihi raji’un. Semoga husnul khotimah dan mendapat ampunan serta surga-Nya. Allahummaghfir lahuma, warhamhuma,” tulis Mahfud dalam akun Twitternya.
KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam akun Facebooknya turut berduka cita yang mendalam atas wafatnya putra dari kiainya. Gus Mus juga berdoa agar keluarga besar yang ditinggalkannya diberi tambahan ketabahan dan kesabaran.
“”Allahummaghfir lahu warhamhu wa’ãfihi wa’fu ‘anhu wa akrim nuzülahu waj’aliljannata matswãh. Al-Fãtihah. Dan semoga Keluarga besar yang ditinggalkannya diberi tambahan ketabahan dan kesabaran. ‘AzhzhamaLlãhu ajrahum wa ahsana ‘azã-ahum. Ãmïn,” tulisnya.
Kiai Atabik Ali memiliki karya yang dikenal luas di kalangan masyarakat yaitu Kamus Kontemporer Arab-Indonesia bernama ‘Al-Ashri’. Kamus yang disusun bersama A. Zuhdi Muhdlor ini tidak hanya tersohor di lingkup pesantren Krapyak, tetapi juga di banyak pesantren, perguruan tinggi Islam, dan kalangan penerjemah Arab-Indonesia.
Kamus tersebut disusun dengan model yang berbeda. Biasanya, kamus Arab-Indonesia disusun dengan pencarian yang berpatokan pada fi’il maadi sebagai kata dasar. Dari fi’il madi ini kemudian dapat dilihat bentuk-bentuk kata lainnya.
Namun, hal itu berbeda dengan model pencarian di Kamus Al-Ashri. Pencarian kata dalam kamus ini bisa dimulai dari bentuk kata apapun dalam bahasa Arab, seperti masdar dan lainnya. Kata-kata bahasa Arab yang terkumpul di dalam kamus tersebut juga tergolong modern. Sehingga biasa digunakan oleh penerjemah untuk menerjemahkan teks-teks modern. (RB)
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.