Keraton Yogyakarta Tahun Ini Tak Akan Gelar Grebeg Maulud
Ibadah.co.id – Penyebaran Covid-19 di Indonesia menyebabkan berbagai kegiatan mesti melakukan penyesuaian bahkan ada beberapa kegiatan yang ditiadakan. Hal ini juga berdampak pada penyelenggaraan tradisi Grebeg Maulud Nabi Muhammad di Keraton Yogyakarta. Kegiatan yang konsisten diadakan setiap tahunnya mesti ditiadakan. Hal ini disampaikan langsung oleh Kawedanan Hageng Panitrapura Keraton Yogyakarta GKR Condrokirono. Peniadaan kegiatan ini demi mengutamakan kemaslahatan masyarakat banyak agar tidak menjadi cluster baru penyebaran Covid-19.
Seperti dilansir republika.co.id pada 12/10/20, Keraton Yogyakarta meniadakan acara tradisi Grebeg Maulud Nabi Muhammad SAW yang sedianya akan berlangsung pada 29 Oktober 2020 atau 12 Maulud Jimakir 1954, demi mencegah penularan dan penyebaran Covid-19.
Kawedanan Hageng Panitrapura Keraton Yogyakarta GKR Condrokirono dalam surat edaran yang diterima di Yogyakarta, Senin (12/10), menyebutkan rangkaian 1 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun Jimakir 1954 yang jatuh pada Kamis (29/10) akan diadakan secara sederhana dan terbatas.
“Oleh karena itu Sekaten dan Grebeg Mulud Tahun Jimakir 1954/2020 Masehi ditiadakan,” kata Condrokirono.
Keputusan itu, menurut dia, mempertimbangkan status tanggap darurat Covid-19 di DIY sekaligus sebagai bentuk ketaatan terhadap anjuran pemerintah. Meski ditiadakan, keraton akan tetap melakukan penyesuaian prosesi pembagian gunungan Grebeg Maulud secara terbatas.
“Pembagian gunungan secara terbatas tanpa mengurangi filosofi dan esensi sebagai bentuk konsistensi pelestarian budaya,” kata dia.
Selain Grebeg Maulud, menurut dia, sejumlah rangkaian hajad dalem lainnya yang digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang sedianya berlangsung 22-29 Oktober Tahun Jimakir 1954/2020 juga ditiadakan yakni Miyos Gangsa serta Kondur Gangsa.
Miyos Gangsa merupakan proses keluarnya gamelan Sekati Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga dari Bangsal Ponconiti Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman. Gamelan akan ditabuh sejak pagi hingga malam secara bergantian untuk menyambut kelahiran (maulid) Nabi Muhammad serta memeriahkan tradisi Sekaten di Yogyakarta. Gamelan selanjutnya akan dikembalikan ke dalam keraton dalam prosesi yang disebut Kondur Gangsa. Kemudian pada puncaknya digelar Grebeg Mulud yang digelar sebagai peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. (RB)
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.