Take a fresh look at your lifestyle.

Ketua Dewan Pers Buka Suara Soal Karikatur Nabi Muhammad

137

Ibadah.co.id – Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh buka suara soal karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan ulang di majalah Charlie Hebdo. Meskipun pers memiliki kebebasan yang dijamin dan tak boleh dikekang, namun pers juga memiliki batas-batas yang tidak boleh dilakukan. Salah satunya adalah pemberitaan yang dianggap menghina perorangan ataupun kelompok.

Pers memiliki kode etik jurnalistik yang menjadi pagar kebebasan. Perbuatan Charlie Hebdo belakang ini, menerbitkan karikatur Nabi Muhammad, tidak bisa dibenarkan.

Seperti dilansir republika.co.id pada 31/10/20, Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh menilai, penghinaan pada simbol agama seperti memuat karikatur Nabi Muhammad yang dilakukan Charlie Hebdo dengan dalih kebebasan berekspresi tidak dapat dibenarkan. Menurut Nuh, meski kebebasan pers sangat penting, tapi harus tetap menjunjung tinggi kode etik jurnalistik.

Nuh menegaskan, pers Indonesia tidak mengenal kemerdekaan sebebas-bebasnya tanpa ada batas. Menurut dia, kemerdekaan pers penting, tetapi harus dibingkai oleh kode etik jurnalistik. Dalam kode etik jurnalistik itu ada hal yang tidak boleh dilampaui, termasuk penghinaan baik kepada orang perorang, apalagi terhadap simbol-simbol agama. “Seperti Charlie Hebdo dan lainnya. Tidak mungkin kita hidup tanpa ada saling menghormati dan menghargai,” kata Nuh.

Di balik konten-konten media yang menghina simbol-simbol Islam, dia menilai, terdapat pihak-pihak yang memiliki pandangan anti-Islam. Mereka menggunakan media untuk menyalurkan pemikiran dan carapandang yang sejatinya keliru terhadap Islam. Di samping itu, Nuh mengungkapkan, munculnya konten-konten tersebut bisa jadi bagian dari strategi bisnis. “Dari isu sensitif itulah nanti muncul pembaca, publik respons. Bererti media itu dapat iklan. Media itu kan baru dapat makna kalau ada pembaca yang merespons,” kata dia. Nuh menilai, apa yang dilakukan seperti oleh Charlie Hebdo kemungkinan tidak terjadi di Indonesia. Menurut dia, apabila ada media di Tanah Air yang melakukan penghinaan terhadap simbol-simbol agama, terlebih Islam, maka terancam akan gulung tikar karena ditinggal pembaca dan menurunnya iklan. “Itu bunuh diri bagi media kalau melakukan penghinaan terhadap simbol agama,” ujar dia. (RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy