Take a fresh look at your lifestyle.

Ketum MUI Baru: Dakwah Itu Membina Bukan Menghina

173

Ibadah.co.id – Ketua Umum (Ketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang baru, KH Miftachul Akhyar mengatakan bahwa dakwah itu mesti membina bukan menghina. Jika terjadi sesuatu di masyarakat, ulama mesti melakukan pembinaan kepada mereka, bukan malah menghina dan memperkeruh keadaan.

Seperti dilansir republika.id pada 28/11/20, Musyawarah Nasional (Munas) ke-10 Majelis Ulama Indonesia (MUI) memilih Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum MUI periode 2020-2025. Kiai Miftachul dalam pidatonya dalam acara penutupan Munas MUI, Jumat (27/11), mengajak para ulama menyampaikan dakwah yang menyejukkan dan tidak memecah belah.

Kiai Miftachul mengatakan, berdakwah merupakan tugas paling tinggi seorang ulama. Ia mengingatkan, dakwah adalah untuk mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, dan menyayangi bukan menyaingi.

“Dakwah itu mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari solusi bukan mencari simpati, dan membela bukan mencela,” kata Kiai Miftachul. 

Ia berharap kepengurusan MUI 2020-2025 dapat menjalankan peran dan tugas dakwah tersebut. Miftachul kemudian menyinggung kriteria ulama yang disampaikan Imam Syafi’i. Ia mengatakan, seorang alim semua urusannya, perilakunya, dan sepak terjangnya selalu berkesinambungan dengan agamanya.

“Ulama adalah mereka yang melihat umat dengan mata kasih sayang. Jika terjadi sesuatu, mari klarifikasi apa penyebabnya, bukan lalu kita memvonis tanpa ada tabayun, tanpa ada klarifikasi,” ujar Kiai Miftachul.

Kiai Miftachul menyampaikan, Islam memiliki kesempurnaan dalam segi akidah, moralitas, dan syariatnya. Oleh karena itu, Islam yang merupakan agama rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi semesta mesti terus dijabarkan kepada umat.

Terkait dirinya yang terpilih sebagai ketum MUI menggantikan KH Ma’ruf Amin, ia menyatakan hal tersebut bukan berarti ia lebih baik daripada yang lain. Ia justru merasa memikul beban yang lebih berat dibandingkan yang lain. Apalagi, kata dia, saat ini bukan hanya umat Indonesia yang menanti kiprah MUI. 

“Dunia juga sedang menanti kiprah dan apa yang akan kita suguhkan kepada mereka di dalam menghadapi era teknologi yang disebut dengan zaman vuca,” katanya.

Ajakan Kiai Miftachul terkait dakwah yang menyejukkan selaras dengan pidato Presiden Joko Widodo saat membuka Munas MUI pada Rabu (25/11). Presiden saat itu menyampaikan, Islam di Indonesia memiliki corak yang identik dengan pendekatan dakwah kultural yang persuasif dan damai. Selain itu, dakwah agama Islam di Indonesia juga tidak menebarkan kebencian serta jauh dari karakter ekstrem dan merasa benar sendiri.

Pemilihan pengurus baru MUI menjadi salah satu agenda utama Munas ke-19 MUI. Dalam susunan Dewan Pimpinan MUI pusat 2020-2025, Miftachul didampingi tiga wakil ketua umum, yaitu Anwar Abbas, Marsudi Syuhud, dan Basri Bermanda. Sementara, posisi sekretaris jenderal kini dijabat Amirsyah Tambunan.

Ditetapkan pula sejumlah ketua MUI, antara lain, Masduki Bidlowi, Asrorun Niam Sholeh, dan Jeje Zainuddin. Sementara, Wapres KH Ma’ruf Amin terpilih sebagai ketua Dewan Pertimbangan MUI menggantikan Din Syamsuddin.

Kiai Ma’ruf sebagai perwakilan pemerintah dan pimpinan MUI sebelumnya menitipkan tiga hal kepada MUI. Pertama, Kiai Ma’ruf meminta agar MUI teguh dalam menjaga dan mendorong pengarusutamaan Islam wasathiyah, yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak secara moderat, tidak berlebihan, tidak berlaku masa bodoh, tidak terlalu rigid, tapi juga tidak terlalu longgar atau permisif.

“Komitmen untuk tetap menjadikan Islam wasathiyah harus tetap menjadi pedoman dalam setiap kiprah MUI pada masa yang akan datang,” kata Kiai Ma’ruf saat berpidato dalam penutupan munas.

Kiai Ma’ruf juga berpesan agar MUI terus melakukan upaya pembenahan dan perbaikan secara berkelanjutan. Hal ini diharapkan membuat MUI lebih baik dalam menjalankan fungsinya, terutama fungsi sebagai pelayan umat dan mitra pemerintah. Ketiga, MUI juga terus mendukung dan mengawal pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Kiai Ma’ruf pun mengingatkan MUI agar dapat menetapkan fatwa tentang kehalalan atau kebolehan vaksin Covid-19 sebelum vaksin diedarkan. Ia juga mengajak seluruh ormas Islam, para pemuka agama, dan tokoh masyarakat agar membantu menyukseskan program vaksinasi Covid-19. “Mari turut serta bersama pemerintah membangun kesadaran akan pentingnya vaksinasi Covid-19,” ungkapnya.

Menteri Agama Fachrul Razi mengajak pengurus baru MUI untuk bersama-sama meningkatkan pemahaman dan pengamalan umat terhadap Islam wasathiyah dan moderasi beragama. Menurut Menag, peran MUI dan ormas keagamaan lainnya sangat strategis dalam memperkuat moderasi beragama yang saat ini termaktub dalam RPJMN 2020-2024.

Ia menegaskan, Kemenag  akan bersinergi dengan MUI dan ormas serta lembaga keagamaan lainnya dalam program penguatan moderasi beragama. Fahcrul menekankan, kerukunan umat beragama merupakan modal utama pembangunan. “Moderasi beragama kunci terciptanya toleransi dan kerukunan. Ini ditandai dengan sikap cinta Tanah Air, toleransi tinggi, antikekerasan, serta akomodatif terhadap budaya lokal,” ujarnya. (RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

2 Comments
  1. […] – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025, KH Cholil Nafis meminta ulama untuk menghindari hal-hal yang menimbulkan […]

  2. […] – Dakwah yang moderat dan santun sangat diperlukan oleh masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Wakil Dekan III Fakultas […]

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy