Take a fresh look at your lifestyle.

Mustafa Abubakar Jabat Ketua Umum Diaspora Aceh Global (DAG)

0 98

Ibadah.co.id – Sebuah organisasi Aceh kembali dibentuk. Namanya Diaspora Aceh Global (DAG). Pembentukan dilakukan Taman Iskandar Muda (TIM).

Dr Ir Mustafa Abubakar, mantan Pj Gubernur Aceh dan mantan Menteri BUMN, ditetapkan sebagai Ketua Umum atau Presiden DAG, Ir Said Mustafa (Sekjen) dan Teuku Anwar Johansyah (Bendahara Umum).

Ketua Umum Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (PPTIM) Surya Darma, Rabu (6/10/2021) di Jakarta, menjelaskan, DAG dibentuk oleh Taman Iskandar Muda bersama para Diaspora Aceh di seluruh dunia secara formal pada tanggal 22 Agustus 2021 setelah  Formatur Diaspora Aceh Sejagad menandatangani Keputusan Formatur untuk Pembentukan Organisasi dan Pengurus Organisasi DAG.

Formatur Diaspora Aceh terdiri dari Fachry Ali (Ketua merangkap Anggota), Joefly J Bachroeny (Anggota) dan Umaimah Wahid (Anggota), bersepakat setelah melakukan konsultasi dengan Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (PPTIM) yang dihadiri oleh Ketua Umum PPTIM Surya Darma dan Sekretaris Umum Yusra Huda serta Ketua Dewan Kehormatan PPTIM Mustafa Abubakar pada tanggal 28 Juli 2021 dan 22 Agustus 2021.

Berikut susunan lengkap Kepengurusan Diaspora Aceh Global:

Honorary Board (Dewan Kehormatan):

1. Dr. Sofyan A. Djalil, S.H., M.A., M.A.L.D.

2. Gubernur Aceh

3. Gubernur DKI

4. Ketua Umum PPTIM

Executive Board (Dewan Pengurus):

1. Ketua Umum (President): Dr. Ir. Mustafa Abubakar, MSi.

2. Wakil Ketua Umum (Vice President) Bidang Diplomasi dan Kerjasama International: Teuku Mohammad Hamzah Thayeb, KCVO

3. Wakil Ketua Umum (Vice President) Bidang SDM dan Peran Perempuan: Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A., Psi.

4. Wakil Ketua Umum (Vice President) Bidang Energi dan Sumber Daya Alam: Dr. Ir. Surya Darma, MBA., Dipl. Geotherm. Tech.

5. Wakil Ketua Umum (Vice President) Bidang Ekonomi dan Industri Kreatif; Joefly Joesoef Bahroeny

6. Wakil Ketua Umum (Vice President) Bidang Sosial, Kebudayaan dan Demokrasi: Dr. Fachry Ali

7. Wakil Ketua Umum (Vice President) Bidang Riset & Inovasi Teknologi: Dr. Ir. Hammam Riza Yusuf, M.Sc.

8. Sekretaris Jenderal: Said Mustafa

9. Wakil Sekretaris Jenderal : Drs. T.Zilmahram, Psi., MM.

10. Wakil Sekretaris Jenderal : Said Zaidansyah SH., LLM.

11. Wakil Sekreatris Jenderal : Dr. Umaimah Wahid, MSi.

12. Bendahara Umum : Teuku Anwar Johansyah

13. Wakil Bendahara Umum: Dr. Sharifuddin Husen, M.Ak., M.Si., Ak.CA.

Surya Darma menyebutkan, pendirian organisasi ini bisa menjadi breakhrough (terobosan) kreatif dan produktif, bagi para Diaspora Aceh diseluruh dunia yang dapat bermanfaat dalam memberi makna lebih signifikan dan memberi langkah lebih maju atas situasi Aceh yang damai.

“Diaspora Aceh Global diharapkan menjadi wadah pemersatu dan sebagai think thanks untuk mengembangkan dan mempromosikan nilai-nilai keAcehan dan ke Indonesiaan pada tataran strategis guna menjalin persaudaraan, perdamaian, kemanusiaan, sosial dan kebudayaan, demokrasi, inovasi dan adaptasi, kemajuan serta kemakmuran,” kata Surya Darma.

Disebutkan DAG dibentuk setelah mempertimbangkan hasil dialog pada acara Halal Bi Halal dan Dialog Diaspora Aceh Sejagad yang dilaksanakan PPTIM pada tanggal 13 Juni 2021 secara virtual yang dihadiri para Diaspora Aceh di seluruh dunia termasuk tokoh nasional seperti  Muhammad Jusuf Kalla, Sofyan A. Djalil, Nova Iriansyah, Anies Baswedan, Zaini Abdullah, Mustafa Abubakar, Bachtiar Ali, Abdullah Puteh, M. Nasir Jamil, A. Farhan Hamid,  Fachrul Razy, Husni Mustafa, Surya Darma, Joefly Bachroeny Fachry Ali, Indra Iskandar, Safrizal Z.A dan lain-lain.

Selain itu juga ada amanat dari dialog Diaspora Aceh Sejagad yang berlangsung secara virtual dari Gedung DPRRI Jakarta dengan membentuk Formatur yang bertugas melakukan pembentukan wadah dan personalia organisasi bagi Diapora Aceh dalam bentuk perencanaan, jaringan dan implementasi kegiatan yang konkrit selama 45 hari.

Surya juga menjelaskan latar belakang  berdirinya Diapora Aceh Global. Ia mengatakan, sampai dengan Halal bi Halal Aceh Sejagad yang diselenggarakan Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (PPTIM) pada 13 Juni 2021, kita dikejutkan oleh fakta bahwa tanpa terencana “perantauan” orang-orang Aceh mengalami intensifikasi dan ekstensifikasi sekaligus.

Silaturrahim ini adalah inisiatif TIM memanfaatkan perubahan akibat Covid-19 untuk tujuan yang positif, pertemuan Diaspora Aceh di seluruh dunia. Pertemuan pertama para Diaspora Aceh ini dilakukan PPTIM pada 20 Agustus 2020 bertepatan dengan tahun baru Hijriah 1442 H.

“Kegiatan silaturrahim dipilih pada 1 Hijriah, sebagai momen hijrahnya pola hidup dan pola sikap ke arah yang lebih produktif, efisien dan bermanfaat. Silaturrahim Hijriah saat itu mengangkat tema ‘Hikmah Covid 19 & Tantangan Bagi Aceh’. Hal ini berarti memanfaatkan momentum tahun baru Hijriah untuk mengubah perilaku masyarakat yang harus beradaptasi dengan kehidupan juga memanfaatkan momentum damai Aceh dan mengisinya dengan berbagai kiprah pembangunan untuk menuju Aceh hebat dan Indonesia maju,” ujar Surya Darma.

Acara dikemas virtual dalam format bincang-bincang juga dimanfaatkan sebagai media untuk menyambung silaturrahim sesama warga Aceh baik yang ada dalam lingkungan TIM dengan pemimpinnya di Aceh dan Indonesia, bahkan akan menghubungkan juga dengan berbagai diaspora Aceh di perantauan di seluruh dunia.

“Karena itu silaturrahim saat itu juga disebut “Silaturrahim Diaspora Aceh Ban Sigom Donya”. Inilah awal dari intensifikasi dan ekstensifikasi,” kata Surya Darma.

Ia menjelaskan makna intensifikasi adalah artikulasi mendalam tiap-tiap anggota perantau Aceh di dalam bidang masing-masing dengan reputasi yang terakui pada publik nasional dan internasional. Ekstensifiksi dalam konteks ini adalah keluasan distribusi geografis para perantau Aceh ke seluruh dunia.

“Fakta ini membuktikan secara nyata bahwa dalam situasi merdeka dan damai orang-orang Aceh secara keseluruhan mampu melakoni atau menjalani hal-hal tak terbayangkan sebelumnya. Maka, secara hipotetis bisa dinyatakan bahwa bahkan dalam keadaan tertekan dan terdera konflik yang begitu panjang, orang-orang Aceh secara keseluruhan bukan saja bisa sintas (survive), melainkan mampu memberikan model kreatif dan produktif bagi kehidupan,” demikian Surya Darma.

Ia membayangkan,  andai perdamaian di Aceh telah berlangsung sejak 1873 hingga dewasa ini,  bagaimana besar artikulasi intensif dan ekstensif orang-orang Aceh bagi pembangunan berkemanusiaan dan perdamaian?

“Melalui pertanyaan terakhir inilah dasar gagasan pendirian sebuah organisasi diaspora Aceh “ban sigom donya” yang kemudian diberi nama Diaspora Aceh Global atau disingkat dengan DAG,” tukasnya. (RB/aceh.tribunnews.com)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy