Ibadah.co.id – Jika Ramadhan disebut sebagai bulan puasa, maka Sya’ban juga bisa dikatakan sebagai bulan persiapan puasa menuju Ramadhan. Pada banyak riwayat, disebutkan bahwa pada bulan ini Rasulullah SAW sangat sering berpuasa. Aisyah meriwayatkan:
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan shaum lebih banyak dalam sebulan selain bulan Sya’ban, yang Beliau melaksanakan shaum bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari)
Al-Mahlab menerangkan dalam buku “Syarh Shahiih al-Bukhaary” (IV/115) bahwa dalam hadits ini mengandung persoalan hukum fikih yaitu bahwa amalan-amalan sunnah tidak tergantung pada wakktu tertentu. Tapi, standarnya adalah sesuai dengan keinginan dan semangat mengerjakannya.
Pada sebagian hadits diriwayatkan bahwa puasa yang sering dilakukan Nabi pada bulan Sya’ban adalah karena beliau komitmen dan istikamah daalam menjalankan puasa tiga hari tiap bulan. Yang dalam istilah hadits disebut ayyaam al-Bidh.
Di sisi lain, beliau pernah berkata kepada Abdullah bin Amru bahwa kebaikan akan dilipatgandakan hingga sepuluh kali lipat. Dan keutamaan puasa 3 hari tiap bulan (13, 14, 15) bagaikan puasa sepanjang tahun. Oleh karena itu, beliau sangat menjaga puasa ini.
Bisa jadi, beliau banyak puasa dalam bulan Sya’ban karena pada buan-bulan lain tidak sempat untuk menunaikannya kemudian semuanya dikumpulkan dalam bulan Sya’ban agar semua puasa sunnah bisa dilaksanakan sebelum menjalankan puasa wajib.
Dalam riwayat Ath-Thahaway disebutkan bahwa ketika Rasulullah ditanya mengenai puasa yang paling utama, beliau menjawab:
صوم شعبان تعظيمًا لرمضان
Shaumu Sya’baana ta’dhiiman li Ramadhaana
“(Yaitu) puasa Sya’ban sebagai penghormatan atau pengagungan untuk bulan Ramadhan.
. Adapun yang dimaksud puasa pada seluruh bulan Sya’ban, dalam buku “Syarh Az-Zurqani ‘ala Al-Muwatha’” (II/290) adalah kebanyakannya atau secara umum atau sebagian besarnya.
Selain sebagai bentuk pengagungan terhadap Ramadhan, dalam keterangan lain (baca: Syarah Ibnu Baththal) disebutkan bahwa beliau suka berpuasa pada bulan ini karena amalan penuh satu tahun diangkat pada bulan ini. Karena itu, beliau senang ketika amalan diangkat dalam kondisi berpuasa. Yang tidak kalah penting, bulan ini seringkali dilalaikan oleh kebanyakan orang. Banyak yang hanya fokus pada Ramadhan, sehingga melalaikan Sya’ban. Padahal, puasa di bulan Sya’ban sangat istimewa dan banyak ditunaikan oleh Nabi.
Bagi yang mau menunaikan puasa Sya’ban, masih ada kesempatan sekitar lebih dari 15 hari ke depan. Tidak ada kata terlamba. Dalam kaidah fikih: sesuatu yang tidak bisa didapatkan seluruhnya, maka tidak boleh ditinggalkan sebagiannya. (RB)