Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia Hingga Menjadi Tradisi
Ibadah.co.id – Sejarah maulid Nabi Muhammad SAW tidak lepas dari kisah-kisah yang membuat semua orang merasa takjub.
Mulai dari kesabarannya, perkataannya, doanya, bahkan selalu mengingat umatnya meskipun dalam kondisi yang sempit.
Nabi Muhammad adalah nabi akhir zaman. Allah mengutus Nabi Muhammad ke dunia menjadi penutup para Nabi dan penyempurna agama sebelumnya.
Oleh karenanya, seluruh umat Islam seluruh dunia merayakan maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal 1441 H atau 28 Oktober 2020.
Berikut Tim Ibadah merangkum sejarah sejarah maulid Nabi Muhammad SAW dikutip dari NU Online, sebagai berikut:
Momen kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awwal diperingati oleh Muslim di seluruh dunia dengan perayaan Maulid termasuk di Indonesia.
Khusus di Indonesia, peringatan Maulid Nabi SAW dilakukan dengan berbagai ekspresi, ada pembacaan dhiba’ atau barzanji, event, seminar, dan lainnya.
Masyarakat Jawa, misalnya, merayakan Maulid dengan membaca Manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain.
Selesai membaca Manaqib Nabi Muhammad, biasanya masyarakat menyantap makanan bersama-sama yang disediakan secara gotong royong oleh warga.
Masyarakat Muslim tidak hanya bergembira merayakan kelahiran Nabi, tetapi juga bersyukur atas teladan, jalan hidup, dan tuntutan yang dibawa oleh Nabi.
Bangsa Indonesia tidak hanya beragam atau majemuk dalam hal agama, suku, bahasa, seni, dan lain-lain, tetapi juga beragam dalam mengekspresikan tradisi amaliyah keagamaan seperti Maulid.
Seperti di Sulawesi Selatan yang merayakan Maulid dengan cara yang unik. Perayaan Maulid tersebut dinamakan Maudu Lompoa atau Maulid Akbar. Bahkan dirayakan lebih ramai dari hari raya Idul Fitri.
Maudu Lompoa berarti Maulid Besar atau lebih dikenal sebagai puncak peringatan maulid. Dalam perayaan ini, warga mengarak replika perahu Pinisi yang dihias beraneka ragam kain sarung dan dipamerkan di tepi sungai.
Salah satu daerah yang terkenal dalam perayaan ini ialah Desa Cikoang, Kecamatan Laikang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Setelah dipamerkan, replika perahu sepanjang lima meter tersebut diangkat dan diarak warga keliling desa.
Sepanjang acara, tabuhan gendang atau seni musik Gandra Bulo khas masyarakat lokal terus terdengar.
Di dalam perahu, disimpan makanan nasi ketan khas Makassar atau biasa disebut Songkolo dan dihias telur berwarna-warni. Sajian makanan ini melambangkan bahtera yang membawa berkah bagi masyarakat Cikoang.
Setelah prosesi arak selesai, makanan ini dipersembahkan dalam puncak Maudu Lompoa di Baruga, yang dipimpin oleh pemimpin ritual yang biasa disebut Sayye.
Secara historis, perayaan Maudu Lompoa ini melambangkan sejarah masuknya agama Islam di wilayah selatan pulau Sulawesi yang dibawa oleh pedagang-pedagang Arab.
Peringatan Maudu Lompoa ini juga menjadikan Cikoang, yang berjarak 80 kilometer dari Makassar menjadi tujuan wisata budaya yang menarik bagi wisatawan.
Itulah, sejarah maulid Nabi Muhammad Saw lengkap hingga memunculkan tradisi dan penyebutan berbagai daerah di Indonesia.***
[…] – Sejumlah pimpinan negara-negara Arab mengucapkan selamat memperingati Maulid Nabi Muhammad. Peringatan ini menjadi salah satu pengingat bagi seluruh umat Islam untuk meneladani […]
[…] – Nabi Muhammad disebut memiliki dua peranan besar dalam peradaban dunia. Kedua hal inilah yang membuat Michael H […]