Hukum Menceraikan Istri saat Haid dan Nifas

Ibadah.co.id – Seringkali kita mendengar atau membaca media tentang kasus penceraian. Bahkan, beberapa kota di Indonesia, kasus penceraian sangat meningkat. Biasanya, kasus penceraian dilatar belakangi berbagai faktor, seperti perselingkuhan, pertengkaran, nafsu melemah, dan lain sebagainya.

Islam mengatur bagi lelaki untuk mengatakan cerai atau talak. Salah satu hal yang terpenting, yaitu larangan seorang lelaki mengatakan cerai saat istrinya sedang dalam keadaan haid atau nifas. Walaupun demikian, bukan dalam artian talak yang diucapkan sang suami tidak sah, tetap sah namun berdosa dan menyalahi aturan Islam.

Pertanyaannya, kenapa penceraian saat haid dan nifas dilarang dalam Islam? Sebab, larangan tersebut sebagai bentuk dari agama Islam untuk melindungi kaum wanita. Karena larangan tersebut untuk melingdungi perempuan dari bebannya masa iddah yang diakibatkan penceraian.

Bisa dibayangkan, bahwa masa iddah seorang perempuan tiga kali sucian. Sementara, hitungan iddah dimulai dari kondisi suci. Artinya, penceraian yang terjadi masa haid dan nifas tidak dihitung masa iddah. Hal tersebut yang nantinya memberatkan perempuan karena terlalu lama menunggu masa iddah-nya. Maka, Al-Qur’an dengan tegas melarang seorang lelaki untuk menceraikan istrinya saat masa haid dan nifas.

“Wahai Nabi, jika engkau menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu.” (QS. Al-Thallaq:1).

Oleh karena itu, larangan tersebut memberikan sebuah kesadaran kepada kita untuk tetap menjunjung hak perempuan di masa akan datang. Bukan malah memberatkan yang nantinya mengakibatkan masa tunggunya lama. (HN/Kontributor)