Take a fresh look at your lifestyle.

Nabi Khidir, Apakah Benar Masih Hidup Sampai Sekarang?

3,787

Ibadah.co.id – Nabi Khidir adalah sosok yang ditugaskan oleh Allah SWT untuk memberikan pelajaran kepada umat Muslim. Nama Nabi Khidir berasal dari bahasa Arab yang artinya ‘seseorang yang hijau’ atau ‘seseorang yang melambangkan kesegaran jiwa dan pengetahuan’.

Nabi Khidir sendiri menjadi salah satu utusan Allah SWT yang keberadaannya sendiri masih menjadi misteri. Banyak Umat Muslim dan cendikiawan Muslim percaya bahwa Nabi Khidir sampai saat ini masih hidup. Namun banyak juga yang berpendapat bahwa Nabi Khidir sudah meninggal dunia.

Sejarah tentang asal usul Nabi Khidir banyak versinya. Ada yang menyebutkan Nabi Khidir putra Nabi Adam AS yang diciptakan dari tulang iganya. Ada juga yang mengatakan dia cucu Nabi Harun AS. Menurut jumhur ulama, Nabi Khidir masih hidup dan tidak akan meninggal hingga kiamat tiba, namun tak berarti Nabi Khidir kekal lantaran dia tetap meninggal dunia sehingga tak bersambung dalam masa kehidupan dunia dan akhirat.

Menurut Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam sebuah kajian di Youtube, pendapat mengenai Nabi Khidir masih hidup atau sudah wafat tidak ada yang salah. Karena pendapat mengenai Nabi Khidir masih hidup atau sudah wafat itu memiliki banyak sumber yang sama kuat.

UAS menyebutkan sebagian besar ulama tasawuf menyebutkan bahwa Nabi Khidir masih hidup sampai sekarang. Hal ini diperkuat dengan beberapa kisah ulama yang pernah bertemu Nabi Khidir.

Baca Juga : Dibalik Sosok Oddie Agam, Maestro Musik Indonesia yang Wafat Akibat Ginjal dan Stroke

Namun, Imam Bukhari berpendapat bahwa Nabi Khidir telah meninggal dunia. Karena jika memang masih hidup, maka Nabi Khidir diwajibkan untuk belajar dan membantu jihad Nabi Muhammad SAW. Namun saat Nabi Muhammad SAW berperang sampai terluka, Nabi Khidir tidak pernah muncul untuk membantu. Selain itu, tidak ada hadis ataupun riwayat yang menyebutkan Nabi Khidir bertemu secara langsung dengan Rasulullah.

Rasulullah SAW juga mengatakan “Setelah 100 tahun setelah aku wafat, maka semua yang ada dimuka bumi ini akan meninggal”. Maka Imam Bukhari berpendapat bahwa Nabi Khidir telah wafat. UAS pun mengaku lebih cenderung percaya kepada pendapat Imam Bukhari.

“Dan saya sendiri cenderung dengan pendapat Imam Bukhari,” ujar UAS dalam kajiannya.

UAS juga menjelaskan pendapat yang dijelaskan oleh Imam Baiduzzaman Said Nursi, yangb juga dikenal sebagai seorang teolog bervisi kokoh. Selama hidupnya, Said Nursi telah melahirkan sejumlah karya penting yang berisi tafsir-tafsir Al-Qur’an. Said Nursi menyebutkan jika kehidupan dibagi menjadi lima level.

“Yang pertama menurut Said Nursi adalah kehidupan kita seperti sekarang, yang terbatas dan pasti meninggal,” ujar UAS.

Lalu yang kedua adalah Kehidupan Nabi Khidir dan Nabi Ilyas. Kehidupan keduanya disebut relatif tidak terikat, berbeda dengan kita semua yang hidupnya terikat.

“Kita dan Nabi Khidir sama-sama hidup, namun bedanya kita terikat, Nabi Khidir terikat,” terang UAS.

Selanjutnya kehidupan ketiga, yaitu kehidupan Nabi Isa dan Nabi Idris. Nabi Isa masih hidup sampai sekarang, namun diangkat kelangit oleh Allah SWT. Kehidupan yang keempat yaitu kehidupan orang yang mati syahid. Karena Allah SWT tidak boleh menyebut orang yang mati syahid sebagai orang yang meninggal.

Dan kehidupan yang kelima adalah kehidupan spiritual dari para penghuni kubur. Salah satu rujukannya adalah pada hadis yang memerintahkan kita menyebut salam saat melewati kubur.

Jadi bisa disimpulkan jika pendapat mengenai kehidupan Nabi Khidir tidak ada yang salah, dan hanya Allah SWT yang mengetahui semua yang terjadi. Yang harus kita lakukan sebagai Umat Muslim cukup meneladani semua yang baik dari diri Nabi Khidir. Wallahu a’lam bish-shawabi.

Baca Juga : Begini Cara Memaknai Hari Jum’at Bagi Umat Islam

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy