Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Tameng Dakwah Menghadapi Zaman Like Comment Share dan Subscribe

53

ibadah.co.id – Suatu kali, ketika saya tengah menjadi panitia konsumsi dan sedang berada di dapur. Datanglah teman saya yang menjadi salah satu pembicara kegiatan kami kali ini. Dia mengadu kepada saya hendak berhenti menjadi content creator. Saya kaget bukan main. Pasalnya pengikut dia sudah ribuan di Instragram.

Kemudian kutanya kepadanya, kenapa sampai ia tega menyerah begitu saja. Ia bilang bahwa jumlah follower, like, atau subscribe yang ia dapat belum ada apa-apanya daripada konten yang dibuat oleh orang-orang yang – setahunya – dasar pengalaman dan ilmu agamanya kurang. Kurang lebih begitulah agrumennya kenapa ia sampai ingin menyudahi saja berkonstribusi di media sosial.

Kepada teman saya itu saya bercerita. Begini. Seorang pakar komunikasi massa, Edelman, pernah meneliti tentang tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap media massa. Hasilnya 77% dari jumlah respondennya menyatakan percaya bahwa apa yang mereka dapat dari media massa dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Melihat masih banyak masyarakat yang mempercayai media massa, maka dari itu, media massa adalah salah satu ladang murah dan mudah untuk menanam amal jariyah yakni dakwah. Selain itu, tujuan kita telak tersampaikan lewat media sosial. Sebab dalam sistem kerja otak manusia terdapat satu unsur yang sensitif bila menerima sesuatu sulit sekali dihapuskan yang disebut amigdala. Dan ia paling mudah diserang dengan visual.

Jika dilihat saat ini nampaknya semua orang tidak bisa lepas dari Instagram. Lewat posting-an meme di Instagram itulah kita dapat masuk ke dalam amigdala seseorang. Kita bisa membombardir amigdala itu dengan ilmu algoritma komputer. Bahwa siapa yang memiliki banyak peluru dan konsisten menembakkannya maka ia pemenangnya. Dengan cara begitu, kita dapat mempengaruhi orang lain dengan hal-hal yang positif.

Coba bandingkan dengan perjuangan Rasulullah SAW saat berdakwah. Tentu kita tidak lupa, bagaimana saat Rasulullah SAW sedang menjadi buronan kafir Quraisy dengan sahabatnya Abu Bakar. Rasulullah beranjak dari Mekkah ke Thaif untuk menyelamatkan diri. Karena batin Rasulullah, di Thaif ada keluarganya, kali saja mereka dapat membantu. Tetapi apa yang didapat Rasulullah ketika sampai di Thaif? Rasulullah ditolak secara halus oleh pemimpin Thaif beserta seluruh masyarakatnya.

 Parahnya lagi, Rasulullah diberi satu pilihan agar – katanya – selamat dari Thaif. Rasulullah diizinkan keluar dari Thaif dengan satu syarat, yakni berhasil berjalan ditengah-tengah barisan masyarakat yang akan melempari batu kearahnya dan sahabatnya itu. Rasulullah SAW bersedia. Dan mulailah beliau berjalan ditengah-tengah lemparan batu itu. Atas pertolongan Allah taala Rasulullah selamat meski darah beliau bercucuran hingga sandalnya becek oleh darah.

Baca juga: Pengaruh Opini Mayoritas terhadap Kebenaran Dakwah di Era Disrupsi

Demikianlah, setiap zaman pasti ada tantangannya. Dan zaman sekarang dimana informasi mudah diakses dan sangat terbuka, pastilah tantangannya berbeda. Konsekuensi yang dihadapi sekarang ini ya, tidak jauh dari komentar sarkas atau kebencian dari pemirsa kita. Juga jumlah like yang mampir di posting-an kita. Kalau kita sadari, setelah kita dilahirkan kita telah membawa sepaket kehidupan kita dengan tetek-bengeknya. Termasuk apa yang akan kita posting dan jumlah like dan follower kita.

 Jadi, kalau ada seorang yang mengomentari isinya sarkas itu suka-suka Tuhan, tinggal kamu sadar tidak kalau itu ujian. Dan tatkala kita lihat jumlah follower dan like kita, harusnya kita bertambah semangat dan tetap konsisten agar jumlahnya bertambah karena yang kita bagikan adalah kebaikan. Kita harus menjaga diri dari lemah iman dan rasa malas. Sebab keduanya dapat menyeret kita pada kebodohan. Bila kita ditengah arus kebodohan maka peradaban bangsa menjadi taruhannya. Dan kemana arah Negara bisa dilihat dari arah media massanya. Maka, lakukan apa saja dengan i’tikad baik karena Allah taala.

Oleh : Silvia Bidayah Nafsani – santri Al Rabbani Islamic College Cikeas & Mahasiswa UNUSIA

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy