Ormas Islam Soroti Perkembangan Covid-19 di Indonesia
Ibadah.co.id – Beberapa organisasi massa (ormas) Islam menyoroti perkembangan Covid-19 di Indonesia. Seperti diketahui beberapa wilayah di Indonesia menerapkan kebijakan PPKM untuk menekan penyebaran Covid-19.
Seperti dilansir republika.id pada 24/8/21, kasus Covid-19 harian di Indonesia terus menurun. Kendati demikian, angka kematian harian masih tinggi. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah ormas Islam mengimbau dilakukan upaya-upaya untuk menekan angka kematian tersebut.
Berdasarkan data di laman Covid19.go.id pada Senin (23/8) pukul 16.40 WIB, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia bertambah 9.604 pasien. Sementara, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia dalam 24 jam terakhir sebanyak 842 orang. Lalu, ada penambahan pasien sembuh sebanyak 24.758 orang.
Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 dr Muhamad Makky Zamzami mengatakan, angka kematian masih tinggi karena masih banyak pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman) dan terlambat untuk mendeteksi. Setelah berada dalam kondisi yang parah dengan tingkat saturasi oksigen 80 persen, baru pergi ke rumah sakit.
“Ketika di rumah sakit, tahu-tahu saturasi sudah 70 atau sudah 80. Jadi, pemahaman terkait dengan mekanisme isoman ini perlu ditangkatkan dan dipahami. Karena saat ini pasien rumah sakit juga menurun, saya rasa harus cepat (dibawa ke rumah sakit) jika memang saturasi itu menurun,” kata Makky kepada Republika, Senin (23/8).
Isoman bukan berarti mandiri. Isoman itu adalah isoman yang terpantau. Artinya, dia harus segera melaporkan ke puskesmas atau ke satgas Covid-19 di daerahnya.
Karena itu, dia pun menyarankan kepada pemerintah atau satgas di daerah untuk lebih gencar lagi dalam memberikan informasi ke desa-desa, khususnya terkait dengan Covid-19 dan mekanisme isoman. Sebab, menurut dia, pergerakan Covid-19 memang sudah mulai masuk ke hilir.
“Peran-peran RT/RW itu sangat besar untuk menyosialisasikan terkait informasi Covid-19 ini. Ini untuk deteksi dini dan membangun komunikasi dan pemantauan secara intens,” kata Makky.
Pentingnya penderita Covid-19 agar berobat ke rumah sakit juga disampaikan Ketua Gerakan Nasional (Gernas) Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi MUI, Lukmanul Hakim. “Kami dapat laporan beberapa dari tim kami banyak yang isoman meninggal,” kata dia.
Lukmanul mengatakan, kebiasaan masyarakat yang terpapar virus Covid-19, mereka tidak langsung menemui dokter. Akan tetapi, mereka lebih memilih petunjuk dari temannya, baru ke rumah sakit kalau sudah parah.
Adapun Koordinator Divisi Diseminasi Informasi dan Komunikasi Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Budi Santoso mengatakan, tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia disebabkan progresivitas Covid-19 varian delta.
“Varian delta memang berbeda dengan varian virus Covid-19 yang lain, termasuk kecepatan penularan, gejala yang ditimbulkan, dan tingkat keganasannya,” kata Budi.
Penyebab lain adalah tingginya jumlah pasien yang memiliki komorbid (penyakit penyerta). Menurut dia, pasien Covid-19 yang memiliki penyakit penyerta berisiko kematian lebih tinggi, apalagi jika terinfeksi varian delta.
Dalam upaya menekan tingginya angka keterpaparan dan kematian karena Covid-19, MCCC telah merumuskan strategi dengan konsep ‘siap sehat, siap selamat’.
Dalam program tersebut, MCCC merumuskan empat pilar utama, yaitu perubahan perilaku, advokasi-regulasi, gerakan vaksinasi, dan dukungan pada pelayanan kesehatan. “Jadi, kita mengajak seluruh elemen bangsa untuk membudayakan perilaku keseharian yang defensif terhadap ancaman virus, terutama varian delta melalui 5M dan tindakan pencegahan lain,” katanya. (RB)