Merayakan Maulid Nabi Saw. Sama dengan Merayakan Islam dan Al-Qur’an
Ibadh.co.id –Di masyarakat kita, masih ada beberapa orang dari kalangan saudara kita belakangan ini menolak perayaan maulid (kelahiran) Nabi Muhammad Saw. dengan dalih yang paling sederhana, “Rasulullah sendiri tak memperingatinya, juga di masa sahabat dan tabi’in. Jadi kalau umat Islam merayakannya itu perbuatan bid’ah yang terlarang. Karena tak berdasar”.
Ungkapan itu nampak logis, tapi rapuh dalam pelbagai hal. Konsep yang berbahaya bagi orang-orang awwam. Karena ada kemungkinan argument itu diterima “mentah-mentah”.
Agar hal itu tak terjadi, berikut ini sebait argumen soal perayaan maulid nabi itu sah dirayakan. Berdasarkan logika penyerupaan, atau dalil qias. Dalil yang menjadi salah satu sumber hukum fikih mayoritas umat Islam, dan yang ditolak oleh kalangan yang menamakan diri sebagai penganut salaf.
Dikatakan dalam Al-Qur’an, “Katakanlah (Muhammad), ‘Dengan karunia Allah (Islam) dan rahmat-Nya (Al-Qur’an), hendaknya dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan (harta dunia).” (QS Yunus [10]:58).
Melalui ayat tersebut Allah ﷻ memerintahkan manusia untuk bergembira dengan datangnya karunia Allah berupa Islam dan rahmat-Nya berupa Al-Quran. Perintah untuk bergembira tersebut dapat dimengerti sebab Islam adalah petunjuk yang menunjukkan manusia jalan yang benar, sedang Al-Qur’an adalah petunjuk yang mengajarkan manusia tentang kebenaran.
Dengan keduanya (Islam dan Al-Qur’an) manusia akan dapat meraih kebahagiaan yang paripurna yang tidak akan dicapai dengan mengumpulkan harta dunia seberapa pun banyaknya.
Sementara itu, Islam dan Al-Quran tidaklah hadir di muka bumi ini melainkan lewat lisan Baginda Rasulullah. Karenanya, kegembiraan dengan kelahiran (maulid) Rasulullah hakikatnya merupakan bagian dari kegembiraan atas datangnya Islam dan turunnya al-Qur’an. Bahkan, Imam Ibn Abbas ra. menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘rahmat’ dalam ayat tersebut adalah Rasulullah. Ini sebagaimana yang disebutkan pada ayat lain “Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS al-Anbiya [21]:107).
Imam Ibnu Katsir menafsiri, “Allah Ta’ala memberitahukan bahwasanya Dia mengutus Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh alam dan nikmat bagi manusia, maka barangsiapa yang menerimanya dan mensyukurinya ia akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan barangsiapa yang menolaknya serta mengingkarinya ia akan merugi di dunia dan akhirat”. Dari sini jelas kiranya kenapa kemudian kelahiran Baginda Rasulullah harus disyukuri, diperingati, dan dirayakan dengan sepenuh suka cita. (ed.AT/MHM)
[…] sekadar perkataan, Nabi Muhammad SAW sendiri mengamalkan bagaimana cara berdagang yang baik. Bahkan, contoh teladan itu dilakukan beliau […]