Bilal bin Rabah: Muazin Pertama dalam Sejarah Islam
Ibadah.co.id – Bilal bin Rabah adalah seorang budak budak berkulit hitam legam yang masuk Islam. Namun, disiksa sang majikan untuk keluar dari agamanya. Namun, Allah menolong keimanannya sampai Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq memerdekakan dan menjadi muazin pertama dalam sejarah Islam di masa Nabi Muhammad Saw.
Namun, siapa sangka, dia dulunya adalah sorang budak berkulit hitam legam dari Habsyah (Ethiopia) yang dilahirkan di Mekkah sekitar 43 tahun sebelum hijriah dari pasangan Rabbah dan Hamamah.
Dikutip dari Laman You Tube Hidayah Ilahi Official, Bilal bin Rabah dilahirkan di Mekkah sekitar 43 tahun sebelum hijriah dari pasangan Rabbah dan Hamamah.
Kemudian, dia memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Namun, nasibnya buruk. Status budak tidak lepas dari dirinya, sehingga dirinya rela disiksa majikannya bernama Umayyah di tengah padang pasir di bawah panasnya matahari dan lehernya pun dalam keadaan diikat. Bilal ditelantangkan menghadap matahari dan dadanya di letakkan batu yang besar sampai napasnya terasa sesak.
Saat itulah Abu Bakar As-Siddiq melihat kekejaman sang majikan terhadp Bilal. Kemudian, dia membelinya dari Umayah dan dibawa ke rumahnya untuk dirawat. Lalu memerdekakan Bilal seperti manusia pada umumnya.
Semenjak dinyatakan merdeka, Bilal selalu senang bersama Nabi Muhammad Saw. Bahkan, dirinya ikut berhijrah ke kota Madinah. Tempat tinggalnya pun tidak jauh dari tempat tinggal Nabi Muhammad Saw.
Dalam beberapa kesempatan, Bilal menjadi Rasulullah ke mana pun dan di mana pun, bahkan dalam keadaan peperangan atau dalam keadaan shalat.
Lalu, pada saat penentuan awal waktu shalat, biasanya umat Islam mengumpulkan terlebih dahulu sebelum adanya azan.
Adanya juga yang ingin menggunakan alternatif lain, seperti meniupkan terompet dan lonceng. Namun, hal tersebut tidak terwujud, sebab menyerupai tradisi kaum Yahudi dan Nasrani.
Akhirnya, sahabat Abdullah bin Zaid menawarkan kepada Rasulullah Saw agar panggilan yang baik untuk mengajak umat Islam melaksanakan Shalat, yaitu empat kali seruan Allahu Akbar, dua kali seruan Asyhadu allaa illaaha illallaah, dua kali seruan Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, dua kali seruan Hayya ‘alashshalaah, dua kali seruan Hayya ‘alalfalaah, lalu Allahu akbar Allahu Akbar Laa ilaaha illallaah.
Kemudian, Rasulullah menyetujui pendapat Abdullah dan mempercayakan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan. Sebab, Bilal memiliki suara yang bagus dan begitu syahduh.
Saat itulah, Bilal pergi ke tempat yang tinggi di dekat masjid Nabawi, ia mengumandangkan azan pertama kalinya dalam sejarah Islam dengan suara yang lantang dan syahdu.
Namun, saat Rasulullah wafat, Bilal tidak sanggup untuk mengumandangkan azan seperti biasanya.
Sebab, pada lafaz Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, air matanya bercucuran sehingga tidak kuasa melanjutkan azan. Dirinya mengatakan, pada lafaz tersebut, kenangan lalunya bersama Rasulullah muncul seketika di depan mata.
Mendengan pengakuan tersebut, Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq mengizinkan Bilal untuk tidak mengumandangkan azan dan menyuruhnya pergi dari Madinah. Bilal pun pergi meninggalkan kota Madinah menuju kota Syam menaiki unta.
Berbulan-bulan Bilal berada di Syam. Sampai suatu malam, Bilal bermimpi bertemu Rasulullah seraya berkata, “Alangkah keringnya hatimu, Wahai Bilal. Alangkah gersangnya hatimu, Wahai Bilal. Sudah lama kau tidak mengunjungiku. Sudah lama kau tidak bersumpah denganku. Tidak ada kah rasa rindumu terhadapku wahai Bilal?”
Saat itu juga, Bilal terbangun dan menangis sejadi-jadinya. Kemudian, saudara-saudaranya menyarankan untuk mengunjungi makam Rasulullah. Bilal pun menyetujui dan berangkat menaiki untanya ke kota Madinah.
Sesampainya di makam Rasulullah, dia pun bersimpuh dan mengatakan kerinduannya di depan makam Rasulullah.
Saat itulah, Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq menepuk pundak Bilal dan membujuknya untuk melantunkan azan kembali. Bilal pun menyetujui permintaan Abu Bakar.
Bilal bin Rabah pun menaiki mimbar dan mengumandangkan azan. Para jamaah pun menangis termasuk juga Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq. Sebab, biasanya saat Bilal mengumandangkan azan, pasti di dekatnya ada Rasulullah Saw.
Sampailah pada lafaz “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah Rasulullah” Bilal pun jatuh pingsan. Ketika ia tersadar, lalu mengatakan, “Lanjutkan azannya. Aku tidak mampu. Lanjutkan azannya, aku tidak tahan. Aku tidak bisa,” kata Bilal. Hal inilah azan terakhir dari sosok Bilal bin Rabah.
Menurut sejarah, Bilal bin Rabah wafat pada tanggal 20H/640M sebab wabah penyakit yang terbesar kala itu. Bilal dimakamkan di pemakaman Bab al-Saghir, Damaskus, Suriah. (HN/Kontributor)
[…] Bidang Fatwa, Asrorun Ni’am angkat bicara soal cuitan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal muazin di momen salat Idul Adha. Ia mengatakan bahwa hal tersebut tidak terlalu penting untuk […]