Ibadah.co.id – Konfederasi Serikat Buruh Muslimin Indonesia (K-Sarbumusi) Nahdlatul Ulama (NU) menggelar kongres ke -6 di Aston Hotel, Sidoarjo, Jawa Timur bersamaan dengan Hari Ulang Tahun Sarbumusi yang ke-67, Selasa 27 September 2022. Kongres tersebut mengusung tema ‘Bergerak Menyambut Dunia Baru Ketenagakerjaan’
Presiden Konfederasi Sarbumusi Syaiful Bahri Anshori mengingatkan, situasi dan tantangan yang dihadapi para pekerja, khususnya buruh di Konfederasi Sarbumusi. Tantangan tersebut setidaknya ada tiga hal yang dampaknya sangat terasa dan belum selesai hingga saat ini. Ketiga hal tersebut harus diantisipasi karena dampaknya luar biasa ke depan.
“Kita masih kena dampak serius dari tiga C yang sekarang masih belum selesai. Covid-19, Climate Change, dan Conflict. Sebenarnya Covid-19 ini bahasa biasa dalam kehidipan kita sehari-hari. Nenek moyang kita menyebutnya pagebluk. Namun dampaknya luar biasa kita rasakan sekarang. Kedua, Climate Change atau perubahan iklim. Conflict. Contohnya konflik Rusia-Ukraina dengan kroninya masing-masing,” ucap Syaiful Bahri dalam keterangannya, Selasa (27/9).
Menurut Syaiful, hal tersebut harus diantisipasi karena dampaknya ke depan. Tak dipungkiri, saat ini Indonesia dan dunia internasional terkena dampak inflasi.
“Pertumbuhan ekonomi dunia melambat, bahkan ada negara-negara yang gagal. Terjadi sulitnya rantai pasok energi dan pangan yang mengakibatkan melonjaknya harga-harga energi dan pangan serta memicu inflasi,” papar Syaiful.
Lantaran memicu inflasi, sambungnya, maka pabrik-pabrik yang menggunakan bahan baku impor dimana para buruh bekerja juga mengalami kesulitan. Serta, naiknya harga bahan baku, memicu serapan pasar yang lemah.
“Akibatnya perusahaan mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi tenaga kerjanya. Tentu ini menakutkan bagi teman-teman yang ada di dunia perburuhan,” ucap Syaiful.
Syaiful menyebut, Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara-negara lain dalam situasi global. Oleh karena itu, dalam menyikapi hal ini harus paham betul gerakan ke depan.
“Jika tidak paham akan menghambat pertumbuhan ekonomi, menghambat kestabilan sosial, bahkan mungkin bisa memberikan dampak buruk terhadap saudara-saudara kita yang ada di industri,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf mengajak para buruh untuk bisa berpikir tidak hanya jadi buruh, sekali-kali berpikir sebagai pemilik.
“Karena dunia modern memungkinkan semua sekarang ini menjadi owner atau pemilik. Kalau buruh hanya pekerja,” ujarnya.
Gus Ipul juga menyarankan, para buruh Sabumusi untuk dapat membeli saham-saham yang bisa membawa keuntungan bagi para buruh Sarbumusi. Sehingga bisa jadi owner dari sebuah pabrik atau company yang memastikan anggotanya mendapatkan keuntungan lebih besar.
“Intinya, mari kita merubah cara berpikir para buruh Sarbumusi. Mari kita merubah cara berpikir kita. Sekarang model-model usaha itu yang model kolaborasi. Mari kita berpikir juga sebagai pemilik, sebagai owner,” pungkas Gus Ipul. (AF)
Baca juga :Menteri BUMN Ingin Membuat Blue Print Masyarakat Ekonomi Syariah
Sumber : Jawa Pos