Diundang Finlandia, Kemenag Sharing Kerukunan dan Toleransi Beragama
Ibadah.co.id – Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama diundang Pemerintah Finlandia untuk berbagi (sharing) pengalaman tentang toleransi dan kerukunan umat beragama di kedua negara.
Hadir di Helsinki, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB), Nifasri bersama tokoh agama dari Papua yaitu Pdt. Yan Piet Wambrau, Pdt. Metusaleh Maury, Pdt. Willem Rumbiak. Ikut mendampingi Kepala Bidang Harmonisasi Umat Beragama PKUB Anwaruddin Ambary. Rombongan tiba di Helsinki pada Selasa, 1 Oktober 2019.
Didampingi Duta Besar (Dubes) RI untuk Finlandia dan Estonia Wiwiek Setiowati Firman, delegasi langsung melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama Kristen Finlandia yang tergabung dalam Finnish Ecumenical Council dan the Finnish National Church Council atau yang biasa dikenal juga dengan Evangelical Lutheran Church of Finland.
Nifasri menyampaikan bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Namun, Indonesia bukan negara Islam, juga bukan negara sekuler. Ajaran agama menempati posisi sentral dalam bernegara.
“Indonesia adalah negara yang memegang teguh kebebasan beragama dan berkeyakinan yang diatur langsung dalam konstitusinya. Konstitusi di Indonesia membebaskan masyarakat dalam memilih agama dan beribadah menurut keyakinannya,” terang Nifasri di Helsinki, Selasa (01/10).
“Walaupun di Indonesia memiliki keragaman agama, namun masyarakat Indonesia menjunjung tinggi toleransi dalam beragama,” sambungnya.
Nufasri menambahkan, dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama, Indonesia membentuk Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Forum ini sekarang tersebar di 511 Kabupaten/Kota di Indonesia. “FKUB di Indonesia terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh PKUB berupa workshop, dialog lintas agama, dialog multikultural di lembaga pendidikan dan lain sebagainya,” tuturnya.
Delegasi Papua pun ikut bicara. Mereka menyampaikan bahwa peristiwa yg terjadi di Papua bukan merupakan konflik agama. Mereka menjelaskan bahwa konflik yang terjadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama. Sebaliknya, agama adalah salah satu elemen yang dipercaya dapat meredakan ketegangan di Papua. Hal itu karena agama masih sangat dihargai di tanah Papua.
“Dinamika kerukunan umat beragama di Papua yang terjadi memerlukan dukungan yang komprehensif dari berbagai pihak. Kami tidak bisa jalan dan berdiri sendiri,” tegasnya.
Sementara itu, dari pihak Finlandia yang diwakili oleh Mari-Anna Auvinen menyampaikan bahwa para agamawan di Finlandia bekerja bersama untuk menjaga harmoni. Kristen Lutheran merupakan mayoritas di Finlandia namun mereka bekerjasama dan membangun hubungan yang baik dengan komunitas Muslim, Yahudi dan lainnya.
“Di sini, setiap warga negara memiliki hak untuk hidup damai, mendapatkan pendidikan dan untuk hidup layak, kami merasa perlu belajar dari Indonesia yang sudah terbiasa hidup dalam bingkai multietnis dan multikultur,” jelas perempuan yang juga sebagai Sekretaris Jenderal Finnish Ecumenical Council ini.
Perempuan yang juga pernah menulis buku berjudul African Theology as Liberating Wisdom: Celebrating Life and Harmony in the Evangelical Lutheran Church in Botswana ini juga menyampaikan pentingnya melibatkan tokoh agama lokal di Finlandia. Sehingga pengalaman Finlandia dalam membangun negara seusai perang dunia ke-2 dapat ditularkan kepada negara lain yang membutuhkan melalui lembaga gereja Finlandia.
Kunjungan delegasi Indonesia di Finlandia tidak sebatas sampai di situ saja. Perjalanan mereka dalam membawa misi menyebarkan pesan toleransi beragama di Indonesia pada kancah internasional akan masih berlanjut hingga Jumat mendatang. (RB/kemenag.go.id)