Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Tanda Kiamat di Amerika Resahkan Warga

0 18

Ibadah.co.id – Merebaknya wabah corona (COVID-19) di Amerika Serikat (AS) telah memicu resesi. Pasalnya negeri yang dipimpin oleh Donald Trump itu sudah memasuki tanda kiamat.

Saat ini AS menjadi negara dengan jumlah kasus corona paling banyak di dunia. Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan sudah ada 501.615 kasus corona terkonfirmasi di AS hari ini.

Angka tersebut semakin mengokohkan AS sebagai negara yang berada di puncak klasemen jumlah kasus terbanyak corona dengan kontribusi mencapai 29% dari total kasus.

Merebaknya pandemi corona di Negeri Paman Sam telah membuat gambaran perekonomian negeri adidaya itu suram sekali. Hantu resesi yang sempat hilang pun muncul lagi. Kali ini dengan wujud yang semakin nyata dan dalam bentuk yang lebih menakutkan.

Banyak ekonom sudah meyakini bahwa ekonomi AS sudah berada dalam resesi. The Economist Inteliigence Unit (EIU) bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi AS di tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,8%.

Banyak yang mendefinisikan resesi sebagai kontraksi pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut. Namun National Bureau of Economic Research mendefinisikan resesi sebagai penurunan tajam keseluruhan aktivitas ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa bulan.

Munculnya resesi biasanya diawali dengan hilal (tanda-tanda) nya dulu. Beberapa tanda resesi bisa dilihat dari pasar keuangan maupun indikator lain seperti data ekonomi. Tim Riset CNBC Indonesia mencoba merangkum lima tanda-tanda kiamat (resesi) bagi perekonomian AS yang sudah muncul.

Tanda pertama datang dari pasar saham AS. Biasanya saat resesi terjadi pasar saham AS mengalami tekanan jual yang masif dan anjlok signifikan. Pergerakan di bursa saham New York diwarnai dengan volatilitas tinggi.

Pada saat terjadi dotcom bubble pada 2000-2001, periode September 2000 – April 2001, S&P 500 anjlok 27%. Selanjutnya mengalami rebound 19% hingga akhir Mei, kontraksi kembali sebesar 26% hingga September 2001, kembali rebound 22% hingga Maret 2002 dan akhirnya anjlok 33% hingga Oktober 2002.

Volatilitas yang tinggi juga terjadi saat krisis keuangan global 2008 silam. S&P 500 terkoreksi 54,32% . Bursa saham AS kala itu berada pada periode bearish yang panjang selama kurang lebih 15 bulan.

Hal yang sama pun terjadi saat wabah corona merebak. Indeks S&P 500 sudah anjlok lebih dari 20% dari level tertingginya kemarin. Walau sudah menguat kembali sepekan terakhir, tetap saja dalam waktu kurang dari 3 bulan S&P 500 anjlok signifikan. Ini jadi tanda pertama bahwa ekonomi AS dalam keterpurukan. (RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy