Ibadah.co.id – Ada kata-kata Derrida yang sampai saat ini memancing respon nalar, bahkan penyemangat bagi aktivitas akal untuk menyuguhkan kebenaran, penyelesaian sekaligus pedoman. Ia bilang ” commencons par l’impossible ” yang diterjemahkan maksudnya adalah marilah kita memulai dari yang tak mungkin. Kata singkat dan memukau.
Berangkat dari ini, kita perlu tahu siapa Derrida ini, yang telah meninggal dunia tahun 2004 silam. Seorang pemikir besar Prancis yang terlahir dari keturunan Yahudi Aljazair pada 15 Juli 1930. Sejak 1949 ia pindah ke Prancis untuk bersekolah di Ecole Normal Superiure hingga 1957, dan fokus studi filsafat di Husserl Archive di Louvain, Prancis. Kemudian pulang ke Aljazair untuk memenuhi kewajibannya sebagai warga negara postkolonial, yaitu wajib militer.
Pada 1960, Jacques Derrida dipanggil Universitas Sorbonne Paris Prancis untuk mengajar filsafat, dan pada 1980 Derrida mempertahankan Disertasi Doktor yang berjudul ” The Time of a Thesis, Punctuations “. Setelah itu secara resmi Derrida diangkat menjadi guru besar bidang humaniora di Universitas California, Irvine. Debutnya sebagai filsuf besar diawali ceramah legendarisnya di Universitas John Hopkins yang mengangkat tema ” Structure, Sign, and Play in the Discourse of the Human Sciences “. Mungkin kata-kata yang legendaris yang diucapkan Derrida di atas, salah satunya adalah ” commencons par l’impossible”.
Bagi Derrida, sejarah adalah sebuah kontinum yang berdiri tegak dan menjulang, berangkat dari awal yang pasti dan bermuara pada akhir yang pasti pula. Dalam hal ini dekonstruksi tentu saja berkepentingan dengan sejarah yang dibayangkan dengan gaya idealistik semacam ini, dekonstruksi ingin membuktikan bahwa masa depan ideal tidak akan pernah mungkin, karena sejarah adalah bentuk dari pemadatan berbagai peristiwa kecil yang kerap kali tak terpahamkan. Dalam berbagai peristiwa yang terpendar itu sejarah akan tampak sebagai rangkaian dari kejadian kejadian yang tak berurutan.
Metafisika Barat mewarisi antagonisme klasik dengan berusaha mendelegitimasi narasi sejarah Marxisme yang ke kiri-kirian, namun sejarah Barat tidak akan selamanya berhasil mengusir ” hantu ” Marx, karena ia terus gentayangan di Eropa. Sebuah ontologi ” kehantuan ” tengah bergerak merasuki kesadaran masyarakat Eropa.
Edmund Husserl, pendahulu Derrida telah mengatakan bahwa sejarah ideal merupakan eidos dari segala peristiwa, ia puncak dari akumulasi keinginan dan kesadaran seluruh umat manusia untuk bergerak dengan nilai-nilai yang disepakati bersama.
Karena itu Jacques Derrida mengajak kita untuk berfikir tentang sejarah sebagai kemungkinan, yaitu sejarah yang terstruktur oleh kemungkinan-kemungkinan. Untuk itulah mengawalinya dari yang tidak mungkin. G.W.F Hegel seorang filsuf idealis terbesar dan terakhir telah memandang bahwa dua abad terakhir sejak abad 19 sejarah dunia menjadi Medan yang tak henti-hentinya menampilkan pergolakan pergolakan besar yang tak terbayangkan dampak dan akibatnya bagi peradaban.
Penulis: Hamdan Suhaemi (Wakil Ketua GP Ansor Banten dan Ketua PW Rijalul Ansor Banten)