Mengenal Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat, Pesantren Khusus Lansia
Ibadah.co.id – Tak banyak pesantren yang memiliki konsep seperti Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat. Pasalnya, Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat adalah pesantren yang santri-santrinya khusus bagi mereka yang sudah lanjut usia (lansia). Hal ini tak seperti kebanyakan pesantren lainnya.
Seperti dilansir tempo.co pada 22/4/21, destinasi wisata religi tidak hanya masjid atau makam ulama. Wisatawan bisa juga mencoba datang ke Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat di desa Gedong, Kabupaten Semarang dan bermukim di sana.
Pesantren itu bukan pondok pesantren biasa, karena rata-rata santrinya adalah mereka yang sudah dewasa dan lanjut usia. Desa Gedong yang menjadi lokasi pesantren pun telah ditetapkan sebagai salah satu desa wisata oleh Pemkab Semarang.
“Kami selaku pengurus Pondok Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat akan terus berbenah untuk dapat membantu memajukan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar Pondok,” kata Kepala Pondok Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat Ahmad Winarno.
Beragam kegiatan bisa dilakukan oleh wisatawan di sana. Mulai dari mengikuti kegiatan mondok seperti santri hingga mencoba membuat ekstrak jahe dan kopi yang nantinya bisa dibawa sebagai oleh-oleh.
Sejak berdiri pada 2018, Pondok Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat banyak didatangi santri yang kebanyakan datang dari luar kota. Lokasi pesantren di desa yang asri menjadi daya tarik tersendiri.
“Santri kami banyak datang dari luar kota, dan konsep yang kami miliki adalah kembali ke alam, dengan maksud agar para santri lanjut usia dapat fokus mendalami agama sebagai bekal menuju akhirat ditemani suasana pedesaan yang asri dan jauh dari hiruk pikuk keramaian kota,” kata Winarno.
Saat Ramadan seperti sekarang, banyak kegiatan yang bisa diikuti wisatawan dan santri yang bermukim. Usai sahur dan salat subuh, para wisatawan diajak menikmati keindahan fajar.
Tak hanya iman dan takwa, raga pun harus diolah di tengah persawahan, Lereng Pegunungan Gajah Mungkur. Winarno mengatakan aktivitas itu bertujuan untuk mendekat ke alam dan mensyukuri nikmat Sang Ilahi.
Sri, 80 tahun, salah seorang santri mengatakan ia merasa senang bermukim di sana. “Yang dirasakan senang, terus bisa segar begitu tubuhnya, terus melihat pemandangannya itu kok bagaimana begitu lho, bisa itu, dalam hati saya itu kok, nggak bisa mengungkapkan,” ujarnya.
Para wisatawan religi juga bisa menyibukkan diri mengolah alam dengan bercocok tanam. Dari hasil tanam itu mereka mengonsumsi makanan sehari-hari dan yang bisa dibawa pulang nanti. Destinasi wisata religi di Semarang itu bisa menjadi pilihan bagi mereka yang ingin mendekatkan diri ke alam dan mensyukuri nikmat Tuhan. (RB)