Ibadah.co.id-Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Selatan bersepakat melaksanakan kerjasama (MoU) dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.
Kerjasama itu disampaikan Ketua FKPT Kalsel, Aliansyah Mahadi saat silaturahmi ke MUI Kalsel yang diterima Wakil Ketua MUI Prof Hafiz Anshari dan pengurus MUI lainya di Kantor MUI Kalsel, Jumat (26/6).
Menurutnya banyak bidang-bidang di FKPT yang juga ada organisasi MUI, khususnya mengenai sosialisasi pemahaman pencegahan radikalisme dan terorisme di masyarakat. Menurut Didit nama panggilan Ketua FKPT ini, kerjasama ini akan ditindaklanjuti secepatnya untuk penandatangan MoU.
Diharapkan dengan kerjasama ini akan menguatkan lembaga FKPT dalam menjalankan fungsi dan perannya di masyarakat sebagai perpanjangan tangan BNPT Pusat dalam mencegah radikalisme dan terorisme.
Ditambahkannya, MUI sebagai bagian dari organisasi kemasyarakatan diharapkan bisa ikut membantu dalam mencegahan radikalisme di Kalsel. Dalam silaturahmi itu juga sekaligus memperkenalkan pengurus baru FKPT Kalsel periode 2020-2022 yang baru dilantik Februari lalu.
Sementara Wakil Ketua MUI Kalsel Prof Hafiz Anshari menyambut baik kerjasama ini. “Secepatnya MoU ini kita tindak lanjuti dan sekalian eksen sosialisasi pencegahan radikalisme dan terorisme ke masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya kasus dugaan terorisme Daha Selatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan menjadi pelajaran dan waspada bagi daerah ini.
Apalagi ujarnya, gerakan radikalisme dan terorisme ini t erjadi pada saat pandemi Covid-19, tentu hal ini berdampak sosialogis ke masyarakat terutama anak- anak muda yang didokrin untuk menskreditkan pemerintah melalui teror.
Kewaspadaan juga terhadap paham radikalisme yang berkembang di media sosial. Untuk itu perlu ada intervensi pemerintah adanya paham radikalisme melalui medsos.”Mari kita diskusikan bersama dalam kontek pencegahan,” kata mantan ketua KPU ini.
Dalam diskusi tersebut disarankan silaturahmi perlu dibangun ke semua pihak, bukan hanya tokoh agama Islam tapi juga ke takoh agama lainnya serta tokoh masyarakat. Sosialisasi pencegahan secara sinergis bukan hanya kepada anak muda tetapi juga kepada ulama mengenai
pemahaman ciri-ciri radikalisme sebagai cikal bakal terorisme. Tentu pendekatannya secara kultural dan struktural dengan tetap menggali kearifan lokal. Terakhir yang sangat penting adalah berbasis keluarga melalui orang tua untuk sosialisasi radikalisme sebagai upaya deteksi dini. (RB)