Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Kiyai Said Aqil: Beda Suku dan Agama di Timur Tengah Jadi Sumber Konflik

0 14

Ibadah.co.id – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau NU, Kiyai Said Aqil Siroj kembali meminta masyarakat untuk menghargai dan menghormati keberagamana budaya dan agama yang ada di Indonesia.

“Bahwa perbedaan agama dan suku menjadi faktor utama perang saudara atau konflik, bukan lagi faktor ekonomi politik, tetapi budaya-suku,” kata Kiyai Said Aqil, saat memberikan sambutan di acara Harlah ke-21 PKB, di Jakarta, Selasa malam, (23/07/19).

Itu ditujukan, supaya perpecahan antarmasyarakat Indonesia tidak terjadi sebagaimana kondisi negara-negara Timur Tengah hingga kini.

Kiyai Said, porak-porandanya negara-negara seperti Irak, Suriah, Libia hingga Mesir, seperti saat ini, tidak terlepas dari kentalnya perbedaan suku dan agama yang ada di negara-negara tersebut. Itu sesuai, dengan kajian ilmiah Samuel Huntington yang berjudul Clash of Civilization atau perang peradaban.

Namun, lanjut dia, kajian ilmiah tersebut sulit dibuktikan di Indonesia. Tidak lain, karena masyarakat Indonesia, memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, serta dibalut dengan keimanan. Sehingga, keberagaman suku, budaya, dan agama yang di Indonesia, tidak menciptakan perpecahan sebagaimana yang terjadi di Timur Tengah.

“Perbedaan agama dan suku tidak masalah di Indonesia, karena nasionalisme bagian dari iman. Anda seorang nasionalis harus beriman, Anda beriman harus nasionalis. Di Timur Tengah, mudah sekali konflik, karena tidak punya hubbul wathon minal iman,” tegas Kiyai Said.

Karena itu, Kiyai Said meminta, supaya masyarakat Islam sebagai mayoritas di Indonesia, jangan pernah sekali-kali mencaci maki agama orang-orang minoritas yang memiliki keimanan dan keyakinan yang berbeda. Misalnya, dengan menyebut mereka sebagai orang kafir.

Kemudian di akhir sambutannya Kiyai Said Mengajak kepada seluruh warga Indonesia untuk menyebut teman kita yang beda agama dengan sebutan non-muslim. Tentunya sebutan ini secara kewarganegaraan, bukan secara aqidah.

“Yang paling penting, NU menganjurkan tidak boleh memanggil kafir kepada teman kita, tetapi non-muslim. Kafir itu menyakitkan sekali. Kedua, prinsip NU, PKB, tasamuh, toleran, tak mungkin terwujud tanpa akhlakul kharimah. Kalau ada orang tidak toleran, berarti akhlaknya tidak beres,” tegas Kiyai Said. (Ed,RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy