Take a fresh look at your lifestyle.

Konferensi Agama dan Perubahan Iklim Bahas Green Theology

0 67

Jakarta, Ibadah.co.id –Majelis Hukama Muslimin (MHM) menggelara Konferensi Agama dan Perubahan Iklim – Asia Tenggara di Jakarta. Konferensi terbagi dalam tiga sessi, salah satunya membahas tentang “Menuju Teologi Hijau (Green Theology): Bagaimana Keyakinan Keagamaan Membangun Kesadaran akan Pelestarian Lingkungan”.

Konferensi Agama dan Perubahan Iklim –  Asia Tenggara’ yang diselenggarakan MHM di Jakarta ini menjadi rangkaian dari persiapan KTT Global Pemimpin dan Tokoh Agama, yang dijadwalkan berlangsung di Abu Dhabi pada November 2023.

Sesi ini dimoderatori oleh Vivi Alatas, Chief Executive Officer di Asakreatvita dan Ekonom Senior di Kantor Bank Dunia di Jakarta. Hadir sebagai narasumber, anggota MHM yang juga mantan Menteri Agama Malaysia, Datuk Dr. Zulkifli Mohamad Al-Bakri. Dia memberikan penjelasan rinci tentang konsep “Teologi Hijau”. 

Menurutnya, Teologi Hijau adalah kerangka keyakinan yang didasarkan pada nilai-nilai spiritual dan agama yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. “Tantangan iklim merupakan salah satu permasalahan paling kritis yang dihadapi umat manusia di abad ke-21. Agama berperan penting dalam mengatasi tantangan ini, berkat otoritas etisnya dan dampaknya yang besar terhadap miliaran orang,” jelas Dr Zulkifli di Jakarta, Rabu (4/10/2023).

Tee Boon Chuan, Profesor di Institut Studi Tiongkok di Universiti Tuanku Abdul Rahman di Malaysia dan anggota Asosiasi Konfusianisme Internasional di Tiongkok, menggaris bawahi pentingnya kerja sama kolektif dalam mengatasi masalah iklim dan mewujudkan Teologi Hijau. “Solusinya tidak hanya terletak pada perilaku individu, tetapi juga memerlukan upaya bersama dari individu, pemerintah, lembaga keagamaan dan spiritual, serta badan usaha, untuk mencapai hasil yang efektif dalam mitigasi dampak perubahan iklim,” ujarnya.

Sementara Dr. Sobhita, Rektor Universitas Buddha Kyonhla di Myanmar dan penerima Hadiah Perdamaian Mahatma Gandhi pada 2020, menekankan pentingnya mempertimbangkan transformasi yang diperlukan dalam sistem ekonomi dan sosial untuk mendorong kerja sama dalam konservasi alam. Dr. Sobhita lalu menunjukkan peran penting yang dapat dimainkan oleh budaya dan agama dalam menghadapi tantangan lingkungan.

KH Zulfa Mustofa, Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, menyoroti pentingnya mengembangkan kajian yurisprudensi terkait lingkungan hidup, khususnya yang menyikapi pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan dan perambahan terhadap alam.

Sebagai penutup, Dr. Naziruddin Mohd Nasir, Mufti Republik Singapura, menjelaskan bahwa prinsip dan ajaran agama dalam berbagai agama sangat mendorong pelindungan lingkungan. Ia menekankan keyakinan bahwa semua makhluk mempunyai hak untuk hidup. “Agama juga menyerukan penggunaan sumber daya alam secara bertanggung jawab,” tandasnya.

Sumber : Majelis Hukama Muslimin

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy