Take a fresh look at your lifestyle.

Ulama Diminta Jadi Contoh Bagi Masyarakat Soal Vaksinasi

103

Ibadah.co.id – Ulama diminta dapat menjadi contoh bagi masyarakat soal vaksinasi Covid-19. Hal ini disampaikan oleh Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Dr KH Samsul Maarif. Ia mengatakan, jika bisa ulama siap menjadi orang pertama yang divaksinasi.

Seperti dilansir republika.id pada 23/12/20, peran ulama dinilai sangat penting di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini. Di tengah kegalauan dan ketidakpastian yang terjadi, ulama diharapkan menjadi panutan umat.

Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Dr KH Samsul Maarif, mengungkapkan hal itu dalam webinar bertajuk “Catatan Akhir Tahun Islam di Ibu Kota 2020” yang diselenggarakan PWNU DKI Jakarta bersama Republika, Selasa (22/12). 

Dalam kesempatan itu, Kiai Samsul menyatakan harapannya terutama kepada warga NU, tokoh agama, dan masyarakat DKI Jakarta agar menjadikan tokoh agama sebagai panutan.

“Kalau bisa tokoh agama ini siap untuk menjadi orang yang pertama kali disuntik vaksin, memberikan contoh, sehingga masyarakat tidak takut lagi,” ujar dia.

Saat ini, kata dia, ada kegalauan di masyarakat terkait vaksin. Awalnya, orang bertanya-tanya kapan ada vaksin. Setelah ada vaksin, muncul lagi pertanyaan apakah vaksin ini baik untuk digunakan. Kemudian, muncul desakan agar pemimpin terlebih dulu yang disuntik vaksin.

“Begitu pemimpinnya sudah siap, minta lagi tuntutan, kalau bisa di-live. Setelah itu muncul lagi, wah itu pencitraan, ada lagi (anggapan) jangan-jangan itu diganti dengan air biasa (vaksinnya). Model-model seperti ini saya kira harus diakhiri,” ujar dia.

Menurut Kiai Samsul, setiap Muslim harus menyerahkan suatu urusan kepada orang yang punya keahlian. Begitu pula soal vaksin, harus diserahkan kepada orang yang menggeluti bidang tersebut.

“Kalau memang vaksin ranah orang-orang kesehatan, maka ulama-ulama cukup menguatkan saja,” ucapnya.

Dalam forum yang sama, Pemimpin Redaksi Harian Republika Irfan Junaidi menyampaikan, masyarakat saat ini mulai terlihat longgar dalam menaati protokol kesehatan (prokes) untuk mencegah penularan Covid-19. Hal ini, menurut dia, karena masyarakat mulai menganggap kondisi sekarang baik-baik saja.

“Memang ke sini-sini kita sepertinya merasa situasi makin baik, makin biasa, sehingga shalat Jumat yang ketika pertama kali dibuka itu diberi jarak satu meter, makin ke sini jaraknya makin berkurang, ada yang 25 sentimeter, bahkan ada yang rapat kembali,” kata dia,

Karena itu, menurut Irfan, diperlukan peran tokoh agama, dai, maupun khatib shalat Jumat untuk terus mengingatkan umat tentang pentingnya prokes. Misalnya, lanjut Irfan, saat melaksanakan shalat Jumat. Jika tidak memperoleh tempat untuk menunaikan shalat Jumat karena ada penerapan jaga jarak, jangan memaksakan diri. Shalat Jumat bisa diganti dengan shalat Zhuhur di rumah.

“Saat ini, kelengahan sudah terlihat, dan makin terlihat menjelang akhir tahun ini. Padahal kalau kita lihat statistik, angka positif harian sekarang ini makin tinggi,” ujarnya.

Bahkan, kata dia, tingkat hunian di salah satu tempat isolasi pasien Covid-19, yakni Wisma Atlet, Jakarta, sudah mencapai 76 persen. Akibatnya, pengelola tidak lagi mengizinkan pasien tidak bergejala untuk mengisolasi diri di Wisma Atlet. Beberapa rumah sakit pun menerapkan hal yang sama.

“Jadi, ini menuntut sekali peran ulama, dai, dan tokoh agama lain, untuk tidak bosan-bosannya mengingatkan jamaahnya agar kembali mengetatkan protokol kesehatan.” (RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy