Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

BPET MUI Tak Setuju Taliban Disebut Sudah Moderat

0 111

Ibadah.co.id – Wakil Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Najih Arromadhoni tak setuju jika Taliban disebut sudah moderat. Hal ini melihat kenyataan yang dilakukan oleh Taliban masih jauh dari kata moderat. Ia pun memberikan beberapa argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

Seperti dilansir sindonews.com pada 25/8/21, Wakil Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Najih Arromadhoni menilai terlalu dini mengatakan Taliban sudah moderat. Sebab, kekerasan nyatanya masih terus terjadi, sehingga klaim Taliban sudah moderat perlu diuji dengan waktu.

“Klaim berubah itu jelas sebagai upaya Taliban untuk membangun citra baru mereka. Tetapi, fakta di lapangan, kekerasan masih terus terjadi,” kata Najih dalam webinar ‘Bertajuk Situasi Politik di Afghanistan dan Gerakan Radikal-Teroris di Indonesia’ yang digelar Lembaga The Centre for Indonesian Crisis Strategic Resolution, Selasa (24/8/2021) malam.

Dia mengatakan bahwa dulu umat Islam di Afghanistan bermazhab Sunni dan penganut Thoriqoh. “Kalau kita lihat, ideologi-ideologi itu sudah bergeser, yang dari Sunni Maturidi, saat ini tuh sudah menjadi Salafi Wahabi, ketika anak-anak ini pulang dari lembaga di Pakistan yang lembaganya didanai oleh Arab Saudi dengan ideologi Salafi Wahabinya itu,” katanya.

Najih pun ragu kalau Taliban dianggap bermazhab Hanafi. “Karena nature-nya Hanafi itu paling rasional. Perilaku Taliban jauh dari karakter ini. Contoh, menurut Hanafiah, cadar itu Sunnah. Tapi menurut Taliban cadar itu sesuatu yang prinsip,” katanya.

Dia menilai Taliban, Al Qaeda dan ISIS sama-sama berideologi Salafi Wahabi dengan karakter klaim kebenaran. Selain itu, persamaan lainnya antara ketiganya yakni memiliki visi negara agama, baik itu Khilafah Islamiyah, Daulah Islamiyah atau Darul Islam.

Kemudian, Taliban, Al Qaeda dan ISIS sama-sama menggunakan kekerasan dan teror. Mereka juga sama-sama tekstual dalam memahami teks Al-Qur’an dan hadist.

Ketiganya juga sama-sama mengeliminasi peran perempuan. ISIS memperjualbelikan perempuan. Sedangkan Taliban menganggap perempuan sebagai makhluk rendah. Contohnya, perempuan harus di belakang laki-laki kalau berjalan. Lalu, kalau Taliban punya anak, yang dihitung cuma laki-laki.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa ISIS dan Al Qaeda itu transnasional, sedangkan Taliban itu lokal. Dia menambahkan, Taliban lebih permisif terhadap Syiah dan Komunis. Kemudian, kata dia, Taliban hadir di Asyura.

Dia melanjutkan, Taliban juga bekerja sama dengan China, sedangkan ISIS permisif dengan Israel. Mereka yang euforia dengan kemenangan Taliban dinilai menunjukkan solidaritas atau kesamaan emosional gerakan-gerakan ekstremis. (RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy