Jakarta, Ibadah.co.id-Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama (PP Fatayat NU) menggelar Upgrading dan Sertifikasi Uji Kompetensi Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah. Diikuti sekitar 100 peserta, acara ini dibuka di Aula Lt 8 Gedung PBNU, Jl. Kramat Raya No 164 Jakarta Pusat, Kamis (7/9/2023). Kegiatan ini nantinya juga akan digelar di beberapa wilayah di Indonesia.
Ketua Umum PP Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah menjelaskan, kekeberadaan pembimbing ibadah haji dan umrah perempuan ini sangat penting sekali. Setidaknya, ucap dia, karena dua hal.
“Pertama, jamaah (haji) Indonesia itu kalau dipilah antara laki-laki dengan perempuan, ternyata masih banyakan yang perempuan,” ujarnya, kepada NU Online.
“Kedua, perempuan dengan laki-laki in ikan dalam melaksanakan ibadah haji itu punya perbedaan dalam tata cara peribadatannya, terutama yang berkaitan dengan kondisi Perempuan itu,” imbuh Liya, sapaan akrabnya.
Lebih lanjut Liya menjelaskan, perempuan mempunyai kodrat seperti mengalami menstruasi atau haid, sehingga pada saat pelaksanaan ibadah haji berpengaruh pada tata cara pelaksanaan ibadah hajinya.
Di sinilah, menurutnya, perempuan akhirnya memiliki tata cara peribadatan agak rumit, agak khusus dibanding laki-laki. Dibutuhkan adanya kompetensi, pengetahuan yang terkait, yang itu betul-betul harusnya dimiliki oleh jamaah haji perempuan.
Perempuan asal Jombang, Jawa Timur itu juga menyebut bahwa masih banyak jamaah haji Indonesia – baik laki-laki maupun perempuan – yang pemahaman atau pengetahuan terkait tata cara peribadatan ibadah haji ini masih kurang, terlebih perempuan yang rumit-rumit itu.
“Nah, di sini lho kemudian kenapa butuh ada pembimbing ibadah haji perempuan. Karena apa? Perempuan kan punya pengalaman sama dengan jamaah haji perempuan,” ujarnya.
Ketua Umum PP IPPNU 2009-2012 ini menyebut, Fatayat NU sebagai organisasi perempuan yang juga berbasis keagamaan memandang penting adanya pelatihan sertifikasi dan uji kompetensi terkait dengan pembimbing ibadah haji perempuan ini untuk membantu menyiapkan kebutuhan Kementerian Agama yang kebijakannya hari ini memperbanyak pembimbing ibadah haji perempuan, agar tidak sulit mencari yang sudah tersertifikasi.
“Kami para perempuan dari Fatayat Nahdlatul Ulama siap, lho, karena kami sudah mengikuti pelatihan ini dan akan betul-betul ada uji kompetensi, ya. Jadi ini adalah sahabat-sahabat Fatayat yang sudah mengikuti pelatihan dan akan mendapatkan sertifikat,” ujarnya.
Menurut Liya, peserta pelatihan ini sebagian adalah pengurus Pimpinan Pusat Fatayat NU. Kemudian juga ada sebagian dari pimpinan cabang dan pimpinan wilayah di sekitar Jabodetabek. “Dan kayaknya ada adik-adik rekanita IPPNU juga,” imbuhnya.
Liya menyebut, menjadi pembimbing tidak cukup hanya mengetahui tentang tata cara peribadatan, tetapi juga hal yang berkaitan dengan seluruh teknis, dari keluar dari rumah, berangkat menuju Arab Saudi, melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi, hingga kepulangan.
“Tentu pekerjaan menjadi pembimbing ibadah haji ini bukan tugas yang mudah, dibutuhkan kemampuan dari sisi fisik juga. Maka saya kira sahabat-sahabat Fatayat dan juga rekanita IPPNU masih mumpuni lah dari sisi kekuatan, kemampuan tenaga lah ya, fisik lah, gitu, untuk melakukan pendampingan sebagai pendamping ibadah haji dan umrah perempuan atau jamaah haji Indonesia yang Perempuan,” ujarnya.
Menurut Liya, kegiatan ini dimulai dari pusat dan nantinya akan diselenggarakan di beberapa wilayah, untuk mengakomodir sahabat-sahabat pimpinan wilayah Fatayat NU di beberapa daerah.
“Karena juga, kebutuhan tenaga untuk mendampingi ibadah haji Indonesia, khususnya para perempuan jamaah haji tidak hanya di pusat ya, tapi tentu juga di daerah-daerah sangat dibutuhkan. Maka tentu kita ingin, pembimbing ibadah haji perempuan ini yang betul-betul memiliki kompetensi sesuai yang diharapkan,” kata dia.
Sebagai informasi, dalam acara ini juga ada penandatanganan kerja sama (MoU) antara PP Fatayat NU dengan Ittihad Pembimbing Muthowif Haji dan Umrah Indonesia (IPMHUI) dan Bank Syariah Indonesia (BSI).
Hadir dalam acara ini Wakil Rais Aam PBNU yang juga Ketua MUI KH Anwar Iskandar, Ketua IPMHUI KH Ali Masykur Musa, Ketua PBNU H Isfah Abidal Azis dan jajaran Bank Syariah Indonesia (BSI).
Sumber : NU Online