Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Kemenag Perkuat Wawasan Kebangsaan Penceramah Enam Agama

0 87

Ibadah.co.id – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa agama tidak bisa ditebarkan dengan murka, marah dan emosi. Sebab, sesuai karakternya agama hanya bisa ditebarkan dengan cara manusiawi.

Hal ini disampaikan Menag Lukman Hakim Saifuddin saat menjadi keynote speech sekaligus membuka seminar yang mengusung tema Meningkatkan Kebijaksanaan dan Wawasan Kebangsaan bagi Penceramah Agama (Enhacing Wisdom and Citizenship among Religios Preacher) di Jakarta, Kamis (05/09).

“Setiap agama memiliki ajaran yang sama bahwa pada diri setiap manusia ada bagian Tuhan yang dititipkan. Agama itu menjaga eksistensi nilai-nilai kemanusian. Agama sangat menjunjung tinggi manusia dan ini menjadi modal besar bagi penceramah agama,” ujar Menag.

Seminar ini merupakan kerjasama Parisada Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) dengan King Abdullah Bin Abdulaziz International Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID).

Puluhan peserta yang mengikuti seminar adalah para penceramah dan pemuka agama yang berasal  dari enam agama, yaitu: Islam, Buddha, Kristen Hindu, Katolik dan Khonghucu.

Seminar ini turut mengundang para tokoh nasional yang mengedepankan semangat demokrasi, toleransi, multikulturalisme dan visi kebangsaan sebagai pembicara yakni, KH Nasaruddin Umar, Komarudin Hidayat dan Alissa Wahid.  Tampak hadir mendampingi Menag, Dirjen Bimas Buddha, Caliadi dan Ketua Umum NSI Suhadi Sanjaya.

Menag Lukman Hakim mengatakan tema seminar yang diusung sangat bermakna dalam menebarkan nilai-nilai agama ke tengah masyarakat. Ada dua kata kunci dalam tema seminar yaitu kebijaksanaan dan wawasan kebangsaan bagi penceramah agama.

Terkait wawasan kebangsaan, Menag mengimbau kepada segenap para penceramah agama di Indonesia yang mengemban tugas menebarkan fungsi nilai agama untuk memahami inti pokok ajaran agama. Nilai universal yang terkandung dalam inti pokok ajaran agama itu adalah mengangkat harkat martabat kemanusian serta merawat dan mengembangkannya sesuai kontek kekinian.

“Kita tidak perlu menghujat sesama dalam menebarkan agama. Sejatinya agama itu merangkul dan mengayomi. Perlu kearifan bagi para penceramah di tengah masyarakat yang sangat religius dan majemuk bukan malah sebaliknya dengan membesar-besarkan perbedaan,” kata Menag.

“Materi ceramah hendaknya menyatukan dalam kontek kebangsaan. Saya mengingatkan kembali bahwa pada 2017 silam menerbitkan sembilan seruan ceramah agama di rumah ibadah. Mohon seruan ini digencarkan kembali agar rumah ibadah tak jadi pusat konflik internal, konflik antaragama ataupun agitasi politik,” lanjut Menag. (RB/kemenag.go.id)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy