Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Fiqih Pandemi Jelaskan Panduan Lebaran

0 114

Ibadah.co.id – Menjaga jiwa adalah kewajiban setiap manusia. Karena menjaga keselamatan jiwa belum ada alternatif penggantinya. Sedangkan ‘hifdzu ad-din‘ menjadi urutan berikutnya, karena ada alternatif penerapan keringanan (rukhshah). Inilah landasan dasar dari adanya Fiqih pandemi.

Dalam fiqih pandemi dijelaskan, umat Islam dipandu untuk dalam melaksanakan ibadah di raumah saja. Menurut Zainut Tauhid, dalam konteks kebijakan pemerintah, Surat Edaran Menteri Agama No. 6 tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal di Tengah Pandemi Covid-19. Juga patuh pada fiqih pandemi.

Fiqih pandemi ini merupakan ‘ikhtiar’ untuk memberikan panduan beribadah pada masyarakat yang semangatnya tidak keluar dari Fiqih pandemi. Fiqih itu telah dikeluarkan oleh Fatwa-fatwa dari ormas-ormas Islam, termasuk Fatwa MUI yang terkait.

Namun dalam kesempatan ini ia mengingatkan bahwa memahami fatwa memang sebaiknya secara utuh. Kasus adanya sebagian umat yang melanggar Fatwa disebabkan adanya gairah ibadah yang tinggi. Namun tidak diiringi dengan pemahaman literasi keagamaan yang memadai. Atau dengan kata lain, beragama secara emosional dengan kurang memperhatikan kebutuhan untuk menjaga keselamatan. Baik diri sendiri maupun keselamatan orang lain, sebagaimana kaidah fiqih disebutkan, ‘la dharara wa la dhirar‘.

“Kita tidak boleh membuat diri kita celaka, ataupun mencelakakan orang lain. Prinsip atau kaidah tersebut yang semestinya kita terapkan dalam beribadah,” ucap Zainut.

Zainut memandang, Covid-19 ini memang belum berakhir. Tapi ia merasa yakin bahwa segala sesuatu pasti ada akhirnya. Selama Covid-19 ini masih mewabah, sesungguhnya kita dapat banyak mengambil pelajaran. Terutama berkaitan dengan relasi antar manusia, dan nilai-nilai kemanusiaan, akibat pembatasan aktifitas dan penerapan jaga jarak.

Selain itu, sambung dia, semua kita mesti bersiap-siap melanjutkan peradaban pasca Covid-19 ini, atau yang kini banyak disebut sebagai ‘new normal’. Beberapa ahli menyatakan bahwa virus ini mungkin tidak dalam waktu dekat dapat ditemukan vaksinnya. Sehingga hanya ada dua pilihan bagi kita yaitu pertama, menghindar dari virus agar tidak tertular, atau yang kedua yakni berdamai dengan virus.

“Jika pilihan kita menghindar maka kita perlu terus melakukan hindari virus dan isolasi diri, namun jika pilihan kita berdamai, maka mesti ada syarat dan kondisi atau protokol yang sama-sama kita sepakati dan patuhi, agar tidak dicilakai oleh covid-19,” katanya.

Dengan demikian, Zainut menganggap, ke depan memang akan semakin banyak tantangan kemanusiaan pasca covid-19 ini. Menurutnya, ada kaidah yang dapat kita jadikan landasan. Yaitu “memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik” (al muhafadzah ala al qodim al-shaleh wa al akhdzu bi al jadid al ashlah).

“Saya kira kaidah ini dapat menjadi bagian penting dalam kehidupan keagamaan kita menghadapi Covid-19 dan pasca Covid-19 ini. Kita tidak boleh menyerah. Kita mesti tetap berikthitar, bersabar, dan tawakal,” pungkasnya. (RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy