Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Santri Benteng Masyarakat dan Aliran Liberal, Mampuhkan?

0 29

Ibadah co.id-Jika seorang santri sudah selesai menimba ilmu agama, ketika pulang ke masyarakat tugas seorang santri masih belum selesai, melainkan mengemban tugas yang berat di lingkungan masyarakat. Sering terjadi di masyarakat penyelewengan tentang masalah hukum baik hukum agama maupun hukum sosial.

Latar belakang munculnya penyelewengan tersebut di motori langsung oleh aliran-aliran lain, seperti, ISIS, Liberalisme, Sekularisme dan aliran- aliran lain yang menyimpang dari norma-norma agama Islam. Pertanyaanya. Bagaimana santri menyingkapinya? Mampuhkah santri mencarikan solusi alternatif untuk memecahkan persoalan demikian?

Maka hal ini adalah tugas santri membentengi masyarakat dari aliran tersebut. Adapun metode- metode santri untuk meyakinkan bahwa aliran tersebut sesat dan yang benar, yaitu melalui metode Islam assunnah wal jama`ah.

Baca Juga: Pesantren: Tradisi Islam yang Dilestarikan

Metode ASWAJA sebagaima ajaran Nabi dan para sahabat serta ijtihad para ulama dalam penggalian suatu hukum. Artinya, seorang santri yang berhadapan dengan kelompok di luar alirannya yang dapat merusak pemahaman masyarakat awam dapat melalui metode jihad. Jihad di sini tidak selamanya di pahami sebuah peperangan seperti peperangan di zaman Nabi SAW. Akan tetapi bisa juga diartikan sebuah perlidungan kepada masyarakat, khususnya masyarakat awam yang masih minim ilmu pengetahuan agamanya.

Sering kali orang lain mengidentikkan jihad sebuah peperangan mengatas namakan agama. Dulu Islam mewajibkan orang untuk berjihad di jalan Allah, tapi pada waktu itu memang masyarakat Islam sangat darurat bahkan orang kafir mengecam harus pindah agama kalau tidak maka jalan satu-satunya melalui peperangan. Akan tetapi pada zaman kontemporer ulama Ahmad memberikan sebuah penegasan jihad Islam yang mengatas namakan pribadi. Ia mengatakan:

“Saya katakan kepada kalian dengan jelas bahwa jika ada rang yang membawa nama Islam lalu menggunakan cara peperangan sebagai jawaban, maka ia telah merusak nama baik Islam, padahal Islam tidak pernah memiliki ke inginan untuk mengangkat pedang tanpa makna dan tujuan. Sekarang tujuan-tujuan peperangan telah beralih dalam bentuk pemberontakan, yang menjadi pertimbangannya adalah tujuan duniawi. Betapa aniaya jika terhadap para pengecam Islam, bukannya jawaban yang di berikan melainkan pedang yang di perlihatkan.” Dikutip dalam buku karya Acep Burhannuddin berjudul: Ghulam Ahmad: Jihad Tanpa Kekerasan.

Dari beberapa urain yang telah disebutkan di atas, bahwa jihad yang sesungguhnya adalah bukan jihad yang diidentik dengan sebuah peperangan yang mengatasnamakan Islam dalam konteks kepentingan pribadi, akan tetapi jihad yang sesungguhnya adalah melindungi masyarakat dari aliran-aliran sesat.

Baca Juga: Psikologi Pesantren: Santri Dan Tantangan Zaman

Mampukah santri melindungi masyarakat dari aliran sesat yang melalui adat-istiadat? Pastinya, semua itu adalah tugas santri pesantren yang esensinya sudah diketahui melalui dasar-dasar dalil baik dalil aqli maupun naqli yang bersumber langsung dari al-quran dan hadist, maupun ijma` ulama. Kalau memang aliran tersebut melalui budaya maka peran santri mengubah struktur budaya tersebut menjadi budaya religius. Semisal, dulu orang Indonesia mengenal Islam oleh Wali Songo melalui budaya masyarakat secara turun-temurun dari nenek moyang menjadi budaya religius.

Maka dari itu tugas santri tidak hanya di pesantren tapi di lingkungan masyarakat dan hal itu membutuhkan proses yang sangat terjal. Manusia tanpa proses ibaratkan pohon tanpa buah. Peran yang paling pokok santri adalah menyantrikan masyarakat dan menjadikan masyarakat santri. Sesungguhnya Allah cinta proses dan tak kenal akhir. (HN/Kontributor)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy