Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Teladan KH. Hafidz Hasyim yang Melamar sebagai Khoddam Gurunya

0 423

Ibadah.co.id-KH. Hafidz Hasyim merupakan putra kedua dari K. Hasyim Thoha yang merupakan pendiri dan pengasuh pertama PONPES Darul’Ulum Karangpandan, Rejoso, Pasuruan.

KH. Hafidz Hasyim merupakan santri dari KH. Romly Tamim. Ada banyak hal yang perlu kita teladani dari beliau. Seperti halnya santri pada umumnya, semasa beliau menimba ilmu di pesantren berbagai rintangan adalah menu yang tak pernah jemu untuk beliau hadapi. Beliau pernah “gudikan” (sebuah penyakit kulit sejenis gatal-gatal disertai dengan benjolan nanah) bahkan dikucilkan. Tapi tak sedikit pun menurunkan semangat dan kegigihannya dalam menimba ilmu.

Suatu ketika KH. Hafidz Hasyim, yang terkenal ahli ilmu faraid di Pasuruan itu, melamar sebagai “Khoddam” (sebutan untuk santri yang mengabdi pada kiai atau keluarga kiai) Kiai Romly.

“Jika memang kamu berniat menjadi Khoddam, maka besok kembalilah!” ujar KH. Romly. Atas perintah KH. Romly esok harinya beliau menemui sang guru. Belum sempat menjadi khoddam, KH. Hafidz Hasyim dijodohkan dengan putri angkat KH. Romly yang bernama Nyai Mahfudzoh.

Sebuah kisah, yang berawal tanpa didasari oleh cinta. Tapi sebab kepatuhannya kepada guru, cinta itu berbuah bahagia.

Selain alim, wara’, KH. Hafidz semasa di pesantren merupakan santri yang berprestasi. Beliau pernah menjadi juara satu pidato bahasa arab, sedangkan Nyai Mahfudzoh menjadi juara satu lomba puisi.

Nyai Mahfudzoh merupakan putri ketuju dari sembilan saudara. Ayahnya bernama KH. Hasanuddin dan Ibu beliau bernama Nyai Fatihah, kakak perempuan dari Nyai Khodijah (istri KH. Romly Tamim)

Nyai Khodijah (istri dari KH. Romly Tamim), yang tak lain adalah bibinya sendiri menjadikan beliau sebagai anak angkatnya. Tapi, meskipun termasuk keluarga Kiai besar, sikap Nyai Mahfudzoh tak jauh berbeda dengan santri yang saat itu juga mengabdikan diri. Beliau sangat takdim, patuh, hormat terhadap Nyai Khodijah layaknya seorang santri pada guru.

Setelah menikah KH. Hafidz Hasyim dan Nyai Mahfudzoh, lalu menetap di Pasuruan. Dan beliau dikaruniai empat buah hati antara lain; Gus Haidar al-Munjidi, Gus Busyrol Karim, Neng Fatimatul Habibah (istri dari KH. Ishomuddin Ma’shum), dan Neng Najma Qonita.

Pada tahun 1986 beliau menggantikan KH. Ma’shum menjadi pengasuh di PONPES DARUL’ULUM Karangpandan, Rejoso, Pasuruan.

Hingga pada akhirnya pada tahun 2010, KH. Hafidz Hasyim dipanggil oleh Allah. Semasa hidupnya beliau juga aktif menulis. Salah satu karya beliau yang belum sempat ia bukukan hingga akhirnya beliau harus menemui panggilan Allah adalah Manaqibul Barokah. Saat ini Manaqib karangan beliau sudah terbukukan dan dinikmati oleh para santri. (HN/Kontributor)
Sumber: Neng Fatmawati (menantu sekaligus ponakan Nyai Mahfudzoh).

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy