Angka Covid-19 Masih Tinggi, Ini Saran MUI Pada Tokoh Publik
Ibadah.co.id – Angka penyebaran covid-19 masih terhitung tinggi di Indoesia, khususnya di Ibu Kota Jakarta. Mengenai hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Ketua Tim Peduli Covid-19 MUI Ikhsan Abdullah menyampaikan sarannya kepada semua tokoh publik di Indonesia secara terbuka.
Seperti dilansir republika.co.id pada 22/6/21, Ketua Tim Peduli Covid-19 Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ikhsan Abdullah mengajak semua pihak, khususnya tokoh agama, tokoh politik, tokoh masyarakat, pejabat kementerian dan kepala daerah memberikan uswah atau contoh keteladanan kepada masyarakat untuk aktif menegakkan protokol kesehatan (prokes) Covid-19.
“Sebaiknya semua tokoh agama, tokoh masyarakat, pejabat, kementerian, gubernur, wali kota menjadi panutan dan memberikan uswah (contoh) kepada masyarakat untuk aktif berperan menjaga dan menegakan prokes dengan ketat,” kata Ikhsan melalui pesan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (22/6).
Ia mengatakan, para tokoh harus memberikan teladan dalam penegakan prokes. Hal ini sejalan dengan kasus positif Covid-19 di Ibu Kota Jakarta yang hingga kini masih bertahan di angka 5.000-an. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah itu merupakan yang tertinggi di antara provinsi lainnya di Indonesia.
“Secara nasional, tercatat per hari (Senin) kasus corona yang ditemukan di Indonesia menembus angka 2 juta, tepatnya sebanyak 2.004.445 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 147.728 merupakan kasus aktif,” ujarnya.
Menurut Ikhsan, pemerintah melalui tokoh-tokoh penting di negeri ini bisa belajar dari negara lain yang terbukti berhasil menekan laju Covid-19. Misalnya, Taiwan dan Korea Selatan dengan meminta masyarakat secara terus menerus untuk secara ketat menerapkan prokes Covid-19.
“Belajar dari Taiwan, Korea Selatan yang berhasil mengatasi pandemi, karena semua pihak berkesadaran tinggi menerapkan prokes,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal MUI ini.
Ikhsan menekankan pentingnya contoh teladan dari pejabat kementerian, kepala daerah, tokoh politik, tokoh agama hingga tokoh masyarakat. Sebab ia melihat justru sebagian di antara mereka memberikan contoh yang sama sekali tidak mendidik.
“Di Indonesia ada banyak publik figur yang tidak mampu menjadi contoh dalam pembatasan dan pemutusan mata rantai Covid-19. Misal berkerumun menggelar pesta dan menggelar berbagai pertemuan hingga konser,” jelas Ikhsan.
Ia menegaskan, pada gilirannya publik mengikuti apa yang dilihat. Padahal apa yang dilihatnya justru bertentangan dengan apa yang menjadi niat pemerintah dalam menekan angka Covid-19. “Kini saatnya semua bahu membahu bekerja sama memutus mata rantai penyebaran Covid-19, agar bangsa Indonesia sehat dan perekonomian pulih kembali,” kata Ikhsan. (RB)