M Kece Murtadkan 25 Orang? Begini Kesaksian Ketua MUI Pangandaran
Ibadah.co.id – M Kece menjadi salah satu tokoh yang disorot akhir-akhir ini. Salah satu berita terkini datang dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pangandaran H Otong Aminudin. Ia mengatakan bahwa M Kece telah memurtadkan 25 orang. Benarkah begitu? Berikut faktany.
Seperti dilansir bekaci.suara.com pada 31/8/21, hal mengejutkan terlontar dari mulut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pangandaran H Otong Aminudin. Dia mengatakan Muhammad Kece murtadkan 25 orang. Ke-25 orang itu keluar Islam karena Muhammad Kece.
Otong Aminudin mengaku sangat mengenal Kece. Menurutnya, hubungan dia dan pria kontroversial tersebut tak pernah akur.
“Saya sendiri sering bergesekan dengan orang itu, karena dia sering bikin kontroversi di sini,” tegasnya.
Lebih jauh, dia memastikan, Kece telah memurtadkan 25 orang di desanya.
Bahkan, Muhammad Kece sendiri merupakan plesetan dari Kace yang berarti Kafir Celaka.
Istilah tersebut diberikan warga setempat lantaran ulahnya tersebut
“Sudah ada sekitar 25 orang (yang dimurtadkan),” kata Otong.
Sebelumnya diketahui tersangka penista agama, Muhammad Kece pernah jadi pendeta dan sekolah di pesantren.
Kehidupan jelimet Muhammad Kece diceritakan teman semasa SMP di Dusun Burujul, Desa Limusgede, Kabupaten Pangandaran.
Muhammad Kece tinggal dan menetap di Dusun Burujul. Asep telah mengenal Kece sejak duduk di bangku sekolah.
Asep adalah Kepala desa setempat merupakan teman kecil Kece.
Menurutnya, ayah Kece merupakan orang berada yang memiliki kebun kopi. Bahkan, saat teman-temannya masih belum memiliki kendaraan, Kece sudah dibelikan sepeda motor.
Saat itu, menurut Asep, Muhammad Kece menjadi satu-satunya pelajar di SMP yang datang menggunakan sepeda motor. Itulah mengapa, Muhammad Kece selalu menjadi sorotan banyak teman-temannya. Namun, entah mengapa, saat mamasuki kelas dua, Muhammad Kece tiba-tiba berhenti sekolah.
“Tapi saya tidak tahu penyebabnya,” ujar Asep, dikutip Selasa 31 Agustus 2021.
Muhammad Kece rupanya melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Nurul Huda yang berjarak cukup jauh dari tempatnya tinggal.
Pada kesempatan tersebut, dia mulai mendalami islam termasuk mempelajari kitab kuning seperti Jurumiyah.
Kabarnya, dia tak bertahan lama di pesantren, namun tetap menjalankan nilai-nilai keislaman yang diajarkan di ruang pendidikan tersebut. Bahkan, pada 1986, dia menikahi santriwati Nurul Huda dan dikaruniai dua orang anak.
Menurutnya, Muhammad Kece berotak encer meski sejatinya memang menyeleneh. Setelah kembali ke desanya, Muhammad Kece membuat kontroversi soal agama dengan pemikirannya yang aneh tersebut.
Tak hanya itu, Muhammad Kece juga berganti agama dan menjadi misionaris di desanya. Pada 2003, Muhammad Kece diinterogasi masyarakat dan tokoh agama atas dugaan yang tidak-tidak. “Saat itu diminta hengkang dari Desa Limusgede, setengah diusir,” terangnya. (RB)