Ibadah.co.id – Manfaatkan perkembangan digitalisasi Muhammadiyah siap menggelar Muktamar ke-48 pada 18-20 November 2022.
Hal ini disampaikan Ketua Panitia Pemilihan Muktamar ke-48 Muhammadiyah, Dahlan Rais, dalam acara Muktamar Talk yang digelar di Gedung Siti Walidah, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jumat (22/4). Kegiatan ini mengusung tema “Muktamar dan Kaderisasi Kepemimpinan”.
“Insya Allah panitia pemilihan siap untuk melaksanakan, apakah itu secara murni luring, atau online daring, ataupun blended yang merupakan campuran antara keduanya, telah disiapkan dengan baik,” ujar Dahlan Rais dalam siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (23/4).
Bahkan, jika nantinya muktamar akan dilaksanakan secara full offline, pihaknya sudah mempersiapkan secara teknis. “Offline pun kita juga akan memanfaatkan IT. Apa pun yang dipilih, kami telah mencoba sejumlah alternatif yang itu kita sudah disiapkan semuanya,” ucap dia.
Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Surakarta tertunda selama dua tahun akibat pandemi Covid-19 pada 2020. Namun, melalui Tanwir ke-2 Muhammadiyah-‘Aisyiyah pada tahun 2021 akhirnya ditetapkan bahwa Muktamar ke-48 akan digelar pada 18-20 November 2022.
Muktamar sebagai forum musyawarah tertinggi di lingkup Muhammadiyah juga menjadi momen pemilihan kepemimpinan. Terkait hal itu, Dahlan Rais menilai, KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri telah berhasil meletakkan fondasi kepemimpinan di Muhammadiyah.
“Mengapa berhasil, karena beliau meletakkan dasar-dasar kepemimpinan teramat jelas dan sekaligus memberikan keteladanan yang sangat nyata. Kehebatan beliau adalah mengubah cara pandang masyarakat Islam pada masa itu terkait dengan aktualisasi dan pesan-pesan ajaran Islam,” kata Dahlan Rais.
Menurut dia, Kiai Ahmad Dahlan telah membuka mata, pikiran, dan hati sebagian umat Islam. Di antaranya, Kiai Ahmad Dahlan menyampaikan, Alquran tidak cukup hanya dibaca dan dihafalkan, tapi yang terpenting bisa membumi, bagaimana firman-firman Allah itu bisa merespons keadaan sekaligus memecahkan masalah.
‘’Di tangan Kiai Dahlan, al-Ma’un bisa berubah menjadi puluhan atau ratusan panti asuhan, puluhan atau ratusan rumah sakit PKU Muhammadiyah karena cara pandang bagaimana huda linnas wabayyinati minal huda wal furqon itu tidak hanya diucapkan,’’ ujar Dahlan Rais.
Tentang teknis pemilihan pemimpin di Muhammadiyah, Dahlan Rais mengungkapkan, Muhammadiyah berbeda dari yang lain. “Tata cara pemilihan di Muhammadiyah itu memang unik ya. Menjadi pimpinan Muhammadiyah itu tidak mencalonkan diri, tapi dicalonkan,” jelas dia.
Dalam proses pemilihan, tambah dia, Muhammadiyah menggunakan sistem pemilihan formatur dan menghindari pemilihan langsung untuk ketua umum. Karena, menurut dia, kalau calon mengerucut menjadi dua kandidat bisa berakibat buruk.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD mengatakan, Muhammadiyah memiliki peran sangat besar dalam eksistensi Indonesia. Baik dalam kemerdekaan maupun pembangunan negeri.
Ia menuturkan, peran itu sudah ada sejak dari ide membangun kesadaran negara untuk merdeka. Kemudian, mulai mewujudkan negara merdeka melalui lembaga-lembaga resmi di BPUPK dan PPPK, bahkan di Piagam Jakarta ada peran yang sangat besar.
Mahfud menyebut, Muhammadiyah banyak berperan pada masa awal Republik Indonesia dengan menyebarkan kader-kader masuk dalam berbagai posisi penting pemerintahan dan masyarakat.
‘’Cukup panjang daftar tokoh Muhammadiyah yang aktif di parlemen,’’ kata Mahfud dalam seminar Pra Muktamar Muhammadiyah bertajuk ‘’Menjaga Kedaulatan NKRI’’ yang digelar di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, pekan lalu.
Untuk itu, Mahfud mendorong Muhammadiyah untuk terus berkiprah membangun bangsa.
Baca Juga : Puan Maharani : Pemuda Fatayat NU Harus Menjadi Generasi Unggul