Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Resmikan Museum, Ketum Muhammadiyah Minta Hadirkan Kajian Etnografi

1 93

Ibadah.co.id – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah setelah Meresmikan Museum Muhammadiyah yang terletak di kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Senin (14/11)

“Kami atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan terima kasih kepada pemerintah, khusus pada Pak Muhadjir dalam hal ini mendapat tugas dari Presiden. Mudah-mudahan ini jadi amal jariyah dan terima kasih kepada UAD yang juga berkontribusi sehingga di sinilah kekhasan Muhammadiyah, jadi selalu ada kolaborasi di samping banyak hal yang kita membangun mandiri,” ucap Haedar.

Museum Muhammadiyah sendiri bagi Haedar bukan sekadar tempat wisata dan edukasi biasa, melainkan juga sebagai tempat menjaga memori kesejarahan peran-peran kebangsaan, kemanusiaan, dan keumatan Muhammadiyah sekaligus proyeksi masa depan Muhammadiyah.

“Kami juga berharap pada seluruh keluarga besar Persyarikatan agar memanfaatkan museum ini sebagai kunci pembuka sejarah dan sekaligus juga maudhu’ah yakni proyeksi Muhammadiyah ke depan dari pelajaran sejarah yang kita dapatkan di museum ini. Museum tidak hanya bicara masa lampau, tapi juga proyeksi ke masa depan,” tegasnya.

Untuk menyempurnakan konten museum, Haedar mengajak seluruh Pimpinan Persyarikatan di tingkat wilayah sampai ranting untuk menyumbangkan artefak sejarah yang berkaitan dengan generasi awal Muhammadiyah.

Selain itu, UAD disarankan untuk membuat kajian etnografis titik hidup, jejak perjalanan dan pemikiran KH. Ahmad Dahlan. Termasuk melacak sejak kapan tradisi tajdid Kiai Ahmad Dahlan tereduksi menjadi tradisi amar makruf nahi munkar.

Menurut Haedar, Kiai Dahlan yang lahir dan hidup di pusat budaya dan tradisionalisme Islam (keraton) dan sempat mukim di Makkah yang kuat dengan paham Wahabiyah, justru pulang dengan membawa gagasan baru yang menurut Nurcholis Madjid sebagai breaktrough atau satu lompatan di mana tajdidnya tidak mengalami pra kondisi sebelumnya.

Kiai Syudja’ bahkan meriwayatkan bahwa Ali Imran ayat 110 banyak diajarkan oleh Kiai Ahmad Dahlan. Ayat yang berisi tentang cita-cita dakwah dan gagasan khoiru ummah itu menurut Prof. Kuntowijoyo menggambarkan gagasan Muhammadiyah generasi awal, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi.

Hal ini nampak salah satunya lewat pernyataan Prof. Mukti Ali bahwa gagasan Kiai Dahlan tidak dimiliki pembaharu lainnya, seperti gagasan mendirikan institusi sekolah modern, rumah sakit, lembaga modern, hingga gerakan perempuan.

“Bagaimana mungkin seorang Kiai bersama Nyai Walidah menggagas lahirnya gerakan perempuan Islam pertama yang terorganisasi dan langsung didorong untuk ke ruang publik. Ini fenomena yan betul-betul disebut sebagai tajdidnya,” ujar Haedar.

Belakangan, gagasan tajdid (humanisasi, liberasi, dan transendensi) ini memudar menjadi amar makruf nahi munkar yang kata Haedar tidak kuat di masa Kiai Dahlan hidup, karena itulah kajian etnografi perlu ditampilkan oleh Museum Muhammadiyah, termasuk menampilkan buku bacaan Kiai Dahlan seperti Tafsir Al Manar, Tafsir Juz Amma, dan Kitabut Tauhidnya Rashid Ridha, Kanzul Umam, karya-karya Farid Wajdi, hingga Ihya Ulumuddin karya Hujjatul Islam, Imam Ghazali.

Dari kajian etnografi inilah, para peneliti yang jeli seperti James Peacock, Nakamura, Deliar Noer, Alfian kata Haedar menyimpulkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan reformisme dan modernisme Islam, bukan gerakan revivalisme Islam seperti gerakan pemurnian ala Wahabi. Karena itu, kajian etnografi diharapkan Haedar dihadirkan oleh Museum Muhammadiyah.

“Ini penting agar generasi setelah kami bisa continuity dalam menyambung mata rantai pergerakan Muhammadiyah. Karena setiap gerakan itu ada distingtif, kekhasan. Inilah yang kemudian membentuk Kepribadian Muhammadiyah dan berbagai perangkat pemikiran Muhammadiyah yang luar biasa,” pungkasnya.(AF)

Baca juga :Empat Perbedaan Al Quran dan Kitab-Kitab Sebelumnya Menurut Syeh Sha’rawi al Masri

Sumber : Muhammadiyah

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

1 Comment
  1. […] Baca juga : Resmikan Museum, Ketum Muhammadiyah Minta Hadirkan Kajian Etnografi […]

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy