Ketum ISNU Ali Masykur Musa: Pesantren Harus Kembali Ke Basis Ekonomi
Ibadah.co.id – Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) Ali Masykur Musa mengatakan, bahwa pesantren harus kembali ke salah satu basisnya, yakni ekonomi – Nahdlatut Tujjar.
Pesantren dari dulu kala sudah menghidupi dirinya sendiri melalui pelbagai kegiatan perekonomian, mulai dari bertani, industri kerajinan tangan, atau juga koperasi. Namun sayang sebagian besar pesantren juga lemah dalam manajemen pengelolaannya. Sehingga tak berkembang bahkan mati kegiatan ekonominya itu. Akhirnya pesantren mengandalkan ekonomi pasar atau ritel saja, padahal itu semakin memperburuk pesantren.
“Kita akan potong jaringan ritel. Ini perlu kita pikirkan bersama. Inilah yang dikehendaki Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Bisri Syansuri yang disebut Nahdlatut Tujjar, yakni kembali ke basis ekonomi,” tegas Cak Ali pada forum Diskusi Panel Ahli (DPA) tentang penguatan ekonomi pesantren yang digelar di ruang pertemuan lantai 5 Gedung PBNU Jl Kramat Raya No 164 Jakarta Pusat, Senin (27/1).
Untuk itu, sesuai dengan semangat UU Pesantren Nomor 18 Tahun 2019 di antaranya pesantren sebagai institusi pendidikan mempunyai tanggungan untuk memberdayakan rumah tangga sendiri dan juga masyarakat, maka sudah sepatutnya dasar itu menjadi pijakan akselerasi dunia pesantren mengambil tindakan memajukan perekonomian masyarakat.
Menurut Cak Ali, esensi membangun ekonomi pesantren harus dilakukan sistematis dengan keberpihakan pemerintah. Pemerintah harus mendukung penuh terhadap perkembangan perekonomian pesantren.
“Kalau ekonomi pasar yang berkembang, sampai kiamat pun pesantren akan menjadi subordinat dari sistem ekonomi nasional. Dari sisi politis memang ada orang yang khawatir. Banyak yang enggak mau kalau ekonomi NU itu menjadi besar,” tuturnya dalam DPA bertajuk ‘Penguatan Ekonomi Pesantren Pasca Undang-undang Nomor 18/2019 tentang Pesantren’ ini.
Pria yang juga menjabat Komisaris Utama PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni ini, mencontohkan Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur memiliki aset senilai Rp2,5 triliun lebih dengan mengoptimalkan sindikasi alumni Sidogiri di berbagai daerah. Langkah yang dilakukan, dengan membuat berbagai produk ekonomi seperti minuman dan makanan kemasan, sarung, dan kebutuhan lainnya.
“Saat ini, nilai pemenuhan kebutuhan pokok nasional mencapai Rp1.500 triliun. Sayangnya, untuk pemenuhan kebutuhan pokok tersebut tidak dilakukan kalangan pesantren. Namun, oleh para importir. Oleh karena itu, perlu dihitung kebutuhan ekonomi pesantren, misalnya kebutuhan beras, bawang, minyak dan lain-lain sehari-hari,” paparnya.
Menurut adik kandung KH Ali Maschan Musa ini, hanya dengan ekonomi yang kuat dan kemandirian pesantren, tidak ada yang bisa membeli NU. “Ketika sudah demikian kuat, saat Pilpres nanti semua presiden pasti dari NU,” tegasnya disambut aplaus hadirin. (ed.AS/ibadah.co.id/nuonline)