Ibadah.co.id – Ibadah dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti sebagai bentuk perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah Swt, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangannnya.
Setiap ibadah yang kita lakukan tentu memiliki timbal balik atau efek kepada diri kita. Akan tetapi semua itu kembali lagi dengan hati kita, ikhlaskah? Atau sekedar ingin dipuji, didengar (sumah), atau dilihat (riya)?
Menurut salah seorang Tabiin pertama, yakni Hasan al-Basri mengatakan, Inna fasadal quluubi sittatal asyya, yang artinya bahwa rusaknya hati yang mengakibatkan ibadah seseorang tidak mendapatkan pahala, yaitu terbagi menjadi 6, di antaranya:
1. Melakukan Dosa, dan Mengharapkan Taubat
Seseorang melakukan sebuah kesalahan atau dosa. Namun, dia bertauban nasuha, yaitu bertobat dengan bersungguh-sungguh dan tidak mengulanginya lagi. Lalu, dia mengulangi perbutannya dan bertobat lagi. Seolah mempermainkan Tuhan. Hal tersebut yang dilarang oleh Hasan Al-Basri.
2. Mengetahui Tentang Sesuatu Tapi Tidak Diamalkan
Orang yang mempunyai ilmu tapi tidak diamalkan, itu lebih bahaya daripada para penyembah berhala, orang kafir bodoh dan lain sebagainya. Sering kita menyepelehkan hal yang satu ini. Contoh kecilnya adalah pacaran. Semua pasti sudah tahu hukum pacaran, akan tetapi pacaran di zaman sekarang bukanlah hal yang tabu lagi. Justru menjadi tradisi.
3. Riya’
Sehebat apa pun seseorang atau sealim apa pun kedalaman ilmu manusia, jika niatnya ingin pamer dan ingin tenar bukan mengarapkan ridha Allah Swt. Maka, pekerjaan tersebut termasuk riya. Sementara, agama melarang suatu hamba untuk melakukan yang bersifat riya, sebab pahalanya luntur saat itu juga.
4. Tidak pernah Bersyukur Atas Rezeki yang Allah Berikan
Rezeki Allah tidak hanya berupa uang yang dengannya sebagian orang merasa bahagia. Rezeki Allah bermacam-macam bentuknya antara lain: sehat, sabar, bisa bernapas, dan masih banyak lagi. Jika kita uangkan semua rezeki yang telah Allah berikan, tentu tidak akan ternilai harganya.
5. Tidak Ridha dengan Ketentuan Allah
Takdir Allah ada dua macam, takdir mubram (tidak bisa dirubah) dan muallaq (bisa dirubah). Terkadang kita sering protes dengan semua takdir yang berlaku di dalam hidup kita. Kita sudah berusaha berulang kali, tapi apa yang kita inginkan tak jua diijabah. Kita lupa satu hal, segala ketentuan yang Allah berikan kepada hamba-Nya bukan berdasarkan keinginan hamba tersebut, melainkan atas dasar kebutuhan. Dan tentunya, semua takdir yang diberlakukan kepada kita, itu merupakan yang terbaik menurut Allah.
6. Sering Mengubur Orang, Tapi tidak Diambil Pelajarannya.
Pelajaran tentang kehidupan dapat kita peroleh dari mana saja. Terutama pelajaran yang selalu kita jadi ingat kepada kematian, yaitu saat berada di kuburan. Di sanalah Nabi Muhammad Saw menyarankan umatnya untuk berpikir pada kematian. Sebab, di dalam kubur dia hanya sendirian dan segala amal perbuatannya akan menjadi tempat yang nyaman atau buruk. (HN/Kontributor)