Wantim MUI Sebut Zakat, Infak, dan Sedekat Mampu Atasi Krisis
Ibadah.co.id – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Didin Hafidhuddin menyebut zakat, infak, dan sedekah (zis) mampu mengatasi krisis. Ini jadi salah satu kesempatan karena orang Indonesia memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Seperti dilansir republika.co.id pada 30/09/20, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Didin Hafidhuddin menyampaikan bahwa zakat, infak dan sedekah bisa membantu pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Dia pun meyakini semangat berbagi di kalangan Muslim tetap terjaga.
“Bagi umat Islam sebenarnya ada pengaman sosial seperti zakat, infak dan sedekah. Ini sebenarnya bagian penting upaya kita untuk membantu pemerintah dalam mengatasi krisis. Sekarang ini harusnya diarahkan ke sana,” tutur dia kepada Republika.co.id, Rabu (30/9).
Mantan ketua umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) periode 2004-2015 itu menjelaskan, masyarakat Muslim Indonesia punya semangat berbagi yang kuat. Ini terlihat pada bulan Ramadhan lalu di tengah pandemi Covid-19. Meski pandemi, saat itu umat Muslim tetap berlomba-lomba untuk berzakat, berinfak dan bersedekah.
“Pengalaman saya sebagai ketua Baznas, ketika krisis 2008, zakat terus bertambah, infak bertambah, sedekah bertambah. Saya yakin juga bahwa dalam masa pandemi ini masyarakat Muslim Indonesia itu tetap semangat berzakat dan semangat memberinya tetap kuat,” tutur dia.
Menurut Didin, justri ini kesempatan yang baik untuk berbagi di lingkungan sekitar tempat tinggal dengan koordinasi yang dilakukan masjid. “DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) kan punya database berkaitan dengan muzakki dan mustahik, sehingga krisis yang terjadi dapat diatasi dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Didin menambahkan, zakat infak sedekah memang bukan sesuatu yang diwajibkan tetapi sifatnya sangat dianjurkan karena tujuannya antara lain untuk membangun kesetiakawanan sosial. Dengan demikian, semangat berbagi di tengah masyarakat harus terus ditumbuhkan.
“Kita prihatin ketika mendengar pertumbuhan ekonomi itu minus hingga terjadi resesi. Dan ini akibat dari berbagai sebab. Misalnya penanganan Covid yang menurut saya kurang fokus. Kesehatan dan ekonomi sama-sama didahulukan, akibatnya korban-korban tambah banyak,” katanya. Krisis ekonomi ini, lanjut Didin, harus dihadapi bersama-sama. Pemerintah tentu harus mengajak partisipasi masyarakat, mulai dari tokoh umat beragama, alim ulama, hingga masjid-masjid secara menyeluruh. Peran masjid pun sebetulnya bisa diberdayakan untuk membantu warga yang ekonominya melemah. “Saya yakin krisis ini bisa diatasi. Dan jangan mengandalkan utang,” tuturnya. (RB)
[…] – Zakat, shodaqoh, dan wakaf (Ziswaf) diprediksi mampu mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan oleh Henri Tanjung, wakil Direktur Sekolah […]